Find Us On Social Media :

Hari Perempuan Internasional: I’m Single and I’m Happy, karena Tak Menikah Bukan Lagi Hal yang Tabu

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 8 Maret 2017 | 13:30 WIB

Perempuan karier

Intisari-Online.com - Pada acara reuni sebuah fakultas komunikasi sebuah universitas negeri di Bandung, sekumpulan perempuan tampak ngerumpi di pojok ruangan. Mereka saling mengeluhkan bentuk badan masing-masing. Ada yang merasa lebih gendut, membesar, kempot, pokoknya serba menyesali konsekuensi usia yang beranjak tua.

(Beberapa Orang Ternyata Lebih Bahagia Saat Single)

Semua orang memandang iri pada Veronica Mumpuni (38), teman seangkatan yang tetap tampil chic dan segar. Bahkan ia tampak lebih modis dibandingkan belasan tahun lalu saat mereka lulus kuliah. Apa rahasianya? Veronica menjawab pelan sambil tersenyum, “Jangan mau diperdaya laki-laki.“

Veronica memang cantik. Wajahnya yang melankolis serta aksen Jawa Timur yang melekat gampang membuat orang merasa dekat. Veronica, pekerja di sebuah lembaga advokasi di Jakarta, mengutarakan dengan jelas alasannya mengucapkan kata-kata tadi. “Aku memang enggak punya target menikah. Aku apatis melihat lembaga pernikahan sekarang,” katanya.

Hidup Veronica memang terasa fulfilled. Saat ini ia sedang mencicil rumah impiannya. Selain bekerja, Veronica juga menjadi penulis lepas di beberapa media. Ia mengaku tak punya bayangan masa depannya membina rumah tangga dengan laki-laki impian.

Sejak kecil ia tidak pernah bermimpi mempunyai suami, anak, bahkan sekadar pesta pernikahan. “Aku hanya ingin punya rumah dengan halaman luas dan anjing yang menemaniku,” imbuh Veronica.

Gadis kelahiran Trenggalek ini mengatakan, memang, sampai hari ini ia masih didatangi berbagai macam laki-laki. Banyak dari mereka yang sudah menikah. Ia bukannya senang, melainkan, “itu pula yang membuat aku sinis pada lembaga perkawinan, “ katanya.

Veronica mengatakan, kebahagiaan baginya adalah bisa bersyukur. Status single atau menikah bukanlah faktor kebahagiaan. Bisa bersyukur itu bahagia, apalagi kalau bisa berbagi. ”Bersyukur atas apa yang dimiliki dan tak bisa dimiliki, lalu mampu berbagi karenanya. Itu bahagia.”

Selain mempunyai rumah yang luas, seiring waktu mimpi Veronica pun bertambah. Perempuan yang sejak mahasiswa sudah menjadi aktivis sosial ini mengatakan ingin juga membaktikan hidupnya bagi dunia pendidikan dan kemanusiaan.

Ia membayangkan, di rumahnya kelak akan banyak anak yang berkunjung dan belajar. Ia ingin membuat komunitas pendidikan alternatif di sana. Ia berharap, komunitas itu dapat mencetak orang yang percaya diri. “Aku ingin orang dapat membuat pilihan bebas atas dirinya dengan bekal pengetahuan yang cukup,” tandas Veronica.

Manusia bebas yang dia kehendaki adalah sebebas dirinya terhadap pilihan-pilihan hidup saat ini.

Lepas dari kungkungan perkawinan