Find Us On Social Media :

Kejam! Salah Satu Gajah Tertua di Afrika Dibunuh Pemburu Menggunakan Panah Beracun

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 7 Maret 2017 | 19:40 WIB

Satao II, salah satu gajah tertua di Afrika yang dibunuh dengan panah beracun

Intisari-Online.com - Kejadian ini benar-benar tidak bisa dimaafkan. Salah satu gajah tertua di Afrika, yang berhabitat di Kenya, dibunuh oleh pemburu menggunakan panah beracun, Senin (6/3) kemarin. Gajah ini merupakan bagian dari gajah raksasa bergading besar yang biasa disebut tusker, yang jumlahnya terus berkurang.

Menurut Richard Moller dari Tsavo Trust, Satao II—nama gajah itu, yang diberikan tak lama setelah kematian gajah terkenal lainnya pada 2014 lalu—ditemukan tewas pada Senin kemarin. Ia yakin, kematian Satao II disebabkan oleh panah beracun, meski belum ada konfirmasi resmi.

(100 Ribu Lebih Gajah Afrika Terbunuh dalam Satu Dekade Terakhir)

“Untungnya, bersama dengan Kenyan Wildlife Service (KWS), kami berhasil menemukan bangkainya sebelum pemburu mengambil gadingnya,” ujar Moller, seperti dilansir dari Mashable.

Gajah Satao II, diyakini berusia sekitar 50 tahun, disebut menjadi salah satu gajah favorit para pengunjung di Tsavo National Park, tempat gajah itu berkeliaran selama ini.

Tak lama setelah bangkainya ditemukan, dua pemburu yang diyakini menjadi kematian Satao II berhasil ditangkap.

Ironisnya, kematian Satao II hanya berselang dua hari dari kematian salah satu petugas keamanan KWS dalam sebuah insiden menggagalkan perburuan di taman nasional itu. Sedihnya lagi, ini adalah kematian gajah kedua dalam kurun waktu kurang dari sebulan akibat perburuan liar.

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), jumlah gajah Afrika mengalami penurunan yang cukup drastis. Dalam satu dekade terakhir, setidaknya ada sekitar 111 ribu-415 ribu gajah mati akibat ulah pemburu.

Meski kampanye terus digalakkan, nyatanya aksi perburuan masih tetap berlangsung masif hingga sekarang. Buktinya, masih ada sekitar 30 ribu gajah disembelih dan diambil gadingnya tiap tahunnya. Permintaan terbesar berasal dari Asia, terutama untuk obat tradisional dan sebagai alat melegitimasi status sosial.

Untuk gajah tusker sendiri, menurut Moller, jumlahnya saat ini hanya tersisa 25 ekor. Diberi nama tusker karena gajah-gajah ini punya gading besar dan mengesankan yang hampir menyentuh tanah. Dari 25 ekor itu, 15 di antaranya berada di Kenya.

Gading Satao II sendiri punya masing-masing berbobot 50,8 kg dan 50,3 kg—inilah kenapa Satao menjadi sasaran utama perburuan.

“Mereka (tusker) adalah ikon, mereka adalah duta besar gajah-gajah,” ujar Moller.

Satao II, menurut Moller, menjadi salah satu gajah yang paling diincar oleh pemburu, dan salah satu yang mudah ditemukan. Beberapa tusker yang lain relatif sulit ditemukan karena tinggal dia area-area yang jarang dijamah.

Ekosistem Tsavo punya luas 42 ribu km². Bagaimanapun juga, luasnya wilayah menjadi tantangan tersendiri bagi petugas KWS melakukan patroli. Dalam memantau gajah-gajah yang ada di dalamnya, Tsavo Trust biasa menggunakan pengintaian udara dan darat, itulah kenapa pelaku pembunuhan gajah itu bisa ditangkap secepat mungkin.