Intisari-Online.com -Menurut ahli perilaku binatang, beberapa hewan mungkin benar-benar menunjukkan kesedihan seperti manusia saat mereka meneteskan air mata.
Banyak yang bertanya-tanya setelah mendengar berita minggu lalu tentang kelahiran seekor anak gajah di Shendiaoshan Wild Animal Nature Reserve, China. Anak gajah tersebut dilaporkan menangis dan sulit untuk ditenangkan selama lima jam setelah diinjak dan titolak oleh induknya. Sejak itu, Zhuang-zhuang, nama anak gajah tersebut, diadopsi oleh seorang penjaga dan kondisinya pun membaik.
“Beberapa mamalia mungkin menangis saat mereka kehilangan kontak dengan kenyamanan,” tutur pakar perilaku hewan Marc Bekoff. “Ini bisa menjadi sebuah respon terprogram ketika mereka tidak merasakan sentuhan,” tambah professor ekologi dan evolusi dari University of Colorado ini.
Untuk anak gajah dan bayi manusia, menangis mungkin lebih pada menunjukkan stres dibandingkan kesedihan. “Namun, bagaimanapun, stres tetap sebuah emosi,” lanjut Bekoff.
Dia menunjukkan bahwa penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa ayam, tikus dan hewan pengerat menampilkan empati, merasakan sakit yang dialami hewan lain. Suatu fenomena yang kompleks.
Pada dasarnya, untuk benar-benar menangis, hewan harus bersifat sosial, memiliki anatomi mata yang sama dengan kita, serta memiliki struktur otak tertentu yang mampu mengelola emosi.
Anjing merupakan salah satu hewan sosial, namun para peneliti dan pemilik anjing belum memberikan laporan adanya seekor anjing yang menangis saat merasa tertekan.
“Bagaimanapun, anjing dan hewan lainnya pasti bisa menderita dan mengenali penderitaan orang lain,” tutur Brian Hare, seorang professor antropologi evolusi di Duke University. (Discovery)