Find Us On Social Media :

Bertemu Barakuda di Tulamben

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 10 Januari 2017 | 20:00 WIB

Tulamben

Intisari-Online.com – Biasanya yang ingin kita lihat saat menyelam adalah sesuatu yang khas. Entah itu ikan atau pemandangan bawah lautnya. Khusus di Tulamben kita dapat melihat ikan barakuda, selain melihat bangkai kapal peninggalan Perang Dunia II.

--

Bali tak Cuma menawarkan objek wisata budaya. Bali juga kaya objek wisata alamnya. Di antaranya berupa lokasi menyelam yang mempesona. Setiap lokasi menyuguhkan keistimewaan masing-masing. Oktober 2009 lalu, Intisari berkesempatan menikmati salah satunya, yakni perairan Tulamben bersama Bali Scuba {Baliscuba.com). Perairan di kampung kecil timur laut Bali ini termasuk salah satu lokasi penyelaman bangkai kapal paling aman di dunia.

(Kacang Asin Wajib Dibawa dari Bali)

Pada hari yang ditentukan, pukul 07.00 WITA, Intisari tiba di kantor dive center terbesar di Bali yang berada di kawasan Sanur itu. Kesibukan mulai terasa di kantor tersebut. Waktu itu memang sedang dilakukan persiapan diving trip ke Tulamben. Penyelaman akan diikuti oleh 18 wisatawan dari Yunani. Mereka terdiri atas penyelam pemula dan penyelam yang telah mahir, tujuh orang wanita dan 12 orang pria. Tentu saja mereka berkulit putih atau bule.

Tak lebih dari satu jam kemudian kedelapan belas bule Yunani tiba. Formulir Liability Realease and Assumption of Risk fo Supervision of Certified Divers disodorkan Nyoman Kribo dari Bali Scuba untuk diisi peserta. Formulir tersebut merupakan pernyataan bahwasanya peserta menyelam bersedia menanggung segala risiko yang ada dalam kegiatan wisata bawah permukaan air laut itu. Setelah satu jam persiapan, termasuk mengisi surat pernyataan, kami diberangkatkan menggunakan dua bus ukuran sedang dan satu minibus. Sementara perlengkapan menyelam diangkut menggunakan sebuah mobil pick up. Tepat pukul 08.05, kami berangkat menempuh perjalanan sejauh 110 km.

Menyelami Peninggalan Perang Dunia II di Manokwari

Keasyikan belanja

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam 20 menit kami tiba di Tulamben. Kami beristirahat sejenak. Sementara, perlengkapan menyelam segera diturunkan para jura angkut. Rupanya  peserta wanita yang umumnya masih tergolong muda itu tak tahan oleh rayuan pedagang keliling kacamata. Mereka larut dalam aktivitas memilah, memilih, dan menawar, hingga lupa kalau tujuan mereka sebenarnya untuk menyelam. Hampir satu setengah jam kami  beristirahat. Persiapan menyelam pun mulai dilakukan. Kami dibagi atas tiga kelompok: snorkeling, discovery scuba, dan menyelam untuk tingkatan advance.

Tepat pukul 13.00, Intisari yang berbekal sertifikasi selam NAUI Scuba Rescue Diver dan tergabung dengan peserta advance mulai menyentuhkan kaki di air laut. Kami dipandu oleh Wayan Landung dan Nyoman Kribo. Penyelaman pun di mulai. Untuk penyelaman kali ini Intisari ber-buddy (berpasangan) dengan dive master berkebangsaan Belgia, Koen. Yang menjadi tujuan, bangkai kapal USAT Liberty, kapal angkut militer Amerika Serikat buatan 1918 yang ditorpedo kapal selam Jepang pada 11 Januari 1942.

(Terlalu Indah, Inilah 8 Kapal Karam yang Menjadi Obyek Wisata di Dunia)

Diving site di Tulamben berkontur landai, sehingga penyelam dapat memulai penyelaman dari pantai, beach entry. Pantai Tulamben bukan ditutupi pasir, melainkan batu bebatuan vulkanik rata-rata sebesar kepalan tangan orang dewasa. Masuk ke laut sejauh 10 m, baru ditemukan bebatuan yang berukuran lebih besar. Di sini ikan-ikan laut sudah mulai tampak. Barulah kemudian dasar laut dipenuhi pasir vulkanik hitam yang halus.

Setelah badan terendam air laut sebatas dada, kami pun mulai memasang kacamata masker dan mengenakan regulator di mulut untuk bernapas. Karena penyelaman dimulai dari pantai, sebelum masuk ke perairan penyelam belum diperkenankan memakai fins (kaki katak). Hal ini dilakukan agar tidak menyulitkan langkah penyelam ketika berjalan menuju pantai. Setelah penyelam masuk ke dalam air, barulah fins digunakan (biasanya penyelam dibantu oleh buddy-nya) dan penyelam melangkah mundur untuk mencapai perairan yang lebih dalam. Penyelaman pun dimulai.

Batu-batu kerikil besar dan pasir di dasar pantai perlahan ditinggalkan. Pemandangan bawah laut berganti dengan terumbu karang dan berbagai jenis ikan laut yang cantik. Air laut yang sedikit keruh oleh pasir pantai, mulai hilang. Jarak pandangnya sekitar 10 - 15 m. Namun, dalam penyelaman ini ada beberapa orang yang terpencar. Inilah yang memaksa penyelaman terhenti sejenak karena kedua pemandu kami harus mengumpulkan kami kembali. Setelah tertahan beberapa menit akhirnya rombongan bisa berkumpul kembali dan melanjutkan penyelaman menuju titik sasaran. Penyelaman dilakukan tanpa masuk ke dalam bangkai kapal. Jadi kami hanya mengitari bangkai kapal dari arah haluan.

Rongsokan kapal USAT Liberty tersebut memiliki panjang 120 m dan lebar 16 m. Dia berada 30 m dari garis pantai Tulamben pada kedalaman 10 - 30 m. Kapal dalam keadaan terbelah dua. Posisinya paralel terhadap pantai dan berada di atas dasar laut berpasir hitam yang landai dengan sudut kemiringan 90° terhadap dasar laut. Haluannya berada di utara. Bagian deknya menghadap ke laut lepas. Ahli biologi kelautan memperkirakan bangkai kapal ini dihuni oleh 400 jenis ikan.

Kapal yang terbelah itu tampak sudah hancur. Lambung kapal sudah ditumbuhi karang. Bagian kapal berupa senjata dan jangkar, serta perlengkapannya macam toilet dan ketel bisa dilihat di onggokan kapal ini. Berbagai jenis ikan laut juga sudah menjadikan bangkai kapal itu sebagai tempat tinggal mereka. Tampak di sana ada kuda laut, lintah iaut yang berwarna-warni, nudibranch. Karangnya juga warna-warni, ada softcoral, ada juga hardcoral.