Find Us On Social Media :

Gempa Aceh: Mengapa Bumi Bergoyang?

By Ade Sulaeman, Rabu, 7 Desember 2016 | 13:30 WIB

Lokasi Gempa Aceh 7 Desember 2016

Di sini, lelehan magma keluar dari astenosfera ke permukaan bumi melalui retakan-retakan, membentuk kerak bumi baru yang disebut kerak samudera. Kerak samudera ini lebih padat sehingga lebih berat daripada kerak benua.

Ketika lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng benua, lempeng samudera yang lebih berat akan menunjam dan menyelusup di bawah lempeng benua. Inilah yang biasa disebut sebagai proses subduksi. Proses inilah yang terjadi di wilayah Indonesia.

Di bagian barat Indonesia, lempeng Samudera Indo-Australia menunjam di bawah lempeng Samudera Eurasia. Di bagian timur Indonesia, lempeng Samudera Pasifik menunjam di bawah lempeng Benua Eurasia. Subduksi ini mengakibatkan rantai gunung berapi memanjang dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke utara ke Maluku dan berlanjut ke Sulawesi. Subduksi ini pula yang menyebabkan gempa bumi sering terjadi di Indonesia.

Ketika dua lempeng benua yang memiliki berat jenis sama saling bertabrakan, maka kedua lempeng akan terangkat sehingga membentuk pegunungan tinggi seperti Pegunungan Himalaya.

Himalaya terbentuk akibat tabrakan lempeng Benua India dengan Lempeng Benua Eurasia. Tabrakan dua lempeng benua ini juga menyebabkan gempa bumi sering terjadi di batas kedua lempeng itu.

Di California, Amerika Serikat, Lempeng Samudera Pasifik bergesekan dengan Lempeng Benua Amerika Utara. Kedua lempeng bergerak ke arah barat namun dengan kecepatan berbeda. Lempeng Pasifik bergerak lebih cepat daripada Lempeng Amerika Utara. Akibatnya, terjadilah gesekan yang juga sering menimbulkan gempa bumi.

Namun, bukan hanya di batas-batas lempeng saja gempa bumi sering terjadi. Kekuatan yang mampu membentuk lempeng-lempeng baru dan menggerakkan lempeng-lempeng juga sekaligus mampu merobek suatu lempeng menjadi dua bagian.

Inilah yang terjadi di pinggir timur Afrika. Di sini, Lempeng Arab terpecah dari Lempeng Afrika sehingga terbentuklah Laut Merah. Akibatnya, gempa bumi juga sering terjadi di daerah ini.

Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba ketika selip terjadi di retakan di kerak bumi. Energi itu terkumpul akibat tekanan oleh pergerakan tektonik. Tekanan ini menyebabkan tegangan di kerak bumi.

Ketika tegangan itu sudah melewati batas elastisitas kerak, maka kerak akan patah sehingga terlepaslah energi itu. Tempat kerak yang terpatahkan di mana gempa bumi berasal itulah yang disebut hypocenter. Titik proyeksi hypocenter ke permukaan bumi disebut epicenter.

Gelombang energi gempa bumi yang dilepaskan akibat kerak yang patah akan merambat melalui kerak dengan dua mekanisme yaitu Gelombang P (Push-Pull � tarik dan ulur) dan Gelombang S (Shear � Geser).

Gerakan gelombang P menyebabkan kerak bumi bergerak berulang memanjang dan memendek searah dengan arah gerakan gelombangnya. Sementara gerakan Gelombang S menyebabkan kerak bumi bergerak bergeser ke kiri dan ke kanan tegak lurus terhadap arah gerakan gelombangnya.

Gelombang P dan S masing-masing memiliki kecepatan 5 dan 3 km/detik. Itulah sebabnya Gelombang P sampai ke seismograf lebih cepat dari Gelombang S, sehingga Gelombang P sering disebut sebagai gelombang primer dan gelombang S disebut sebagai gelombang sekunder.

Ketika mencapai permukaan bumi, gelombang gempa bumi merambat dalam dua jenis pergerakan yang disebut sebagai Gelombang Rayleigh dan Gelombang Love. Rayleigh adalah nama seorang ahli fisika Inggris (Baron Rayleigh), Loves adalah nama seorang ahli matematika Inggris (A.H. Love).

Gelombang Rayleigh menyebabkan permukaan bumi bergerak naik dan turun. Gelombang Love menyebabkan permukaan bumi bergerak ke samping kiri dan kanan. Kedua gelombang ini memiliki frekuensi yang lebih rendah daripada Gelombang P dan S, namun memiliki amplitudo yang lebih besar. Kedua gelombang inilah yang bertanggung jawab terhadap segala kerusakan ketika gempa bumi terjadi.

(Eko Yulianto)