Find Us On Social Media :

Gempa Aceh: Mengapa Bumi Bergoyang?

By Ade Sulaeman, Rabu, 7 Desember 2016 | 13:30 WIB

Lokasi Gempa Aceh 7 Desember 2016

Intisari-Online.com - Gempa bumi, seperti halnya gempa Aceh yang terjadi Rabu (7/12/2016), diyakini sudah terjadi sejak era-era awal Bumi tercipta. Sejak dahulu kala pula manusia mencoba mencari penjelasan ilmiah tentang fenomena alam yang kadang memakan korban jiwa tersebut.

(Baca juga: Gempa Aceh: Agar Gedung Jangkung Siap Digoyang Gempa)

Tercatat, sejak zaman Yunani Kuno manusia sudah berusaha untuk lebih mengenal apa dan bagaimana gempa bumi terjadi. Filsuf Yunani Aristoteles misalnya, mencoba menjelaskan secara rasional tentang gempa bumi. Dia percaya bahwa guncangan gempa bumi terjadi karena adanya hembusan angin kencang yang masuk ke dalam Bumi melewati gua-gua dan retakan-retakan. Tekanan angin itu menyebabkan Bumi berguncang.

Sementara itu, dalam kepercayaan India kuno, Bumi disebut-sebut berada di atas punggung kura-kura yang diam. Gempa bumi akan terjadi jika kura-kura itu bergerak.

John Michel, seorang profesor geologi di Universitas Cambridge mengamati gempa bumi hebat di Lisbon yang terjadi pada 1755. Dalam bukunya yang ditulis pada 1760, dia menyimpulkan bahwa gempa bumi Lisbon itu disebabkan oleh bergesernya batuan yang berada beberapa kilometer di bawah permukaan Bumi.

Tahun 1793, Benjamin Franklin, salah satu ilmuwan terkemuka saat itu, berusaha menjelaskan mekanisme pergeseran massa batuan di bawah permukaan Bumi dengan mengatakan:

"Saya .... membayangkan bahwa di dalam Bumi ada bagian yang menyerupai fluida dan memiliki kepadatan lebih tinggi daripada bagian keras yang kita kenal di permukaan. Bagian keras dari Bumi mungkin mengapung di dalam atau di atas fluida itu. Dengan demikian, permukaan Bumi ibarat lapisan kulit yang bisa pecah dan terganggu akibat pergerakan-pergerakan fluida yang ada di bawahnya."

Perlu satu abad

Namun perlu waktu lebih dari satu abad sebelum para ilmuwan menemukan bukti meyakinkan tentang hubungan antara massa batuan yang bergeser dan kejadian gempa bumi.

(Baca juga: Gempa Aceh: Apa yang Harus Dilakukan saat Terjadi Gempa?)

Pada 1891, sebuah guncangan kuat yang kemudian dikenal sebagai gempa bumi Mino-Owari terjadi di Pulau Honshu, Jepang. Gempa bumi ini menyisakan sebuah zona hancuran memanjang memotong Pulau Honshu. Zona ini ditandai oleh retakan-retakan di permukaan Bumi, dari Laut Jepang di utara hingga Samudera Pasifik di selatan.

Di beberapa tempat terbentuk tebing-tebing setinggi beberapa meter akibat terangkatnya permukaan Bumi yang patah. Dari bukti-bukti itu, Bunjiro Koto menyimpulkan, guncangan gempa bumi disebabkan oleh pecahnya bagian kerak bumi.