Penulis
Intisari-Online.com -Jika Anda berkeliling Kota Medan, akan menemui banyak tugu atau monumen. Baik yang berupa perlambang atau rupa orang. Salah satunya adalah Guru Patimpus yang berada di Bundaran Petisah. Meski agak tenggelam oleh bangunan di sekelilingnya, namun patung ini menyimpan sejarah bernilai tinggi. Ya, Guru Patimpus diyakini sebagai pendiri Kota Medan.
(Tak Perlu Teriak “Om Telolet Om” untuk Dengar Suara “Telolet” di Medan)
Siapa Guru Patimpus ini? Melalui sebuah panitia sejarah, Guru Patimpus lahir di Aji Jahei. salah satu kampung di Taneh Karo Simalem yang sejuk, dingin, nyaman dengan angin pegunungannya. Ia menikah di Batu Karang dengan beru Bangun, mendirikan kampung di Perbaji dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Bagelit.
Guru Pa Timpus bertubuh kekar, tinggi, gagah, dan berjiwa patriotik seperti seorang panglima. Ia juga seorang Guru, yang dalam bahasa Karo berarti seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan, ilmu obat-obatan, ilmu gaib, dan memiliki kesaktian, namun Ia-nya berjiwa penuh kemanusiaan lemah lembut dalam bertutur kata, mempunyai karakteristik yang simpatik, berwibawa, berjiwa besar dan pemberani. Inilah yang tergambar dalam sebuah monumen itu.
Hanya saja, keberadaan monumen ini kurang menarik perhatian karena berada di tempat yang biasa-biasa saja. Berbeda dengan tugu Km 0 misalnya. Tugu ini seperti tenggelam di tengah deretan bangunan ruko di sekelilingnya. Monumen yang merupakan hasil jerih payah swadaya masyarakat khususnya masyarakat Karo ini diresmikan pada tanggal 23 Maret 2005.
Pemko Medan telah memberikan penghargaan terhadap Guru Pa Timpus, yaitu dengan ditetapkannya Hari Jadi Kota Medan pada tanggal 1 Juli 1590 dan kemudian memberikan nama kepada salah satu jalan di petisah dengan nama jalan Guru Pa Timpus. (Berbagai sumber)