Intisari-Online.com - Warung ini menempati halaman sebuah rumah tua yang tak berpenghuni di persimpangan Jalan Sei Petani, Medan. Jangan datang ke tempat ini di pagi hari, karena Sugeng, penjualnya, baru datang tepat pukul 14.00. Makanya, mi ini cocoknya untuk pengganjal perut di sore hari.
Tempat tinggal Sugeng sendiri ada di kawasan Jalan Sei Belutu, tidak terlalu jauh dengan tempatnya mangkal. Jika datang sebelum pukul 14.00 bisa saja Anda mencegat Sugeng dalam perjalanan menuju tempat mangkalnya itu.
Hingga kini, Sugeng masih setia berjualan dengan menggunakan gerobak dorong. Jadi bisa saja pelanggan membeli saat ia berangkatjualan. Sehari-hari Sugeng ditemani putranya, Didit.
“Ada juga pelanggan yang menelepon menanyakan posisi saya sedang di mana. Lalu mereka mencari keberadaan saya,” tutur kakekberkumis yang ramah ini.
Begitu sampai, beberapa pelanggan sudah menunggu. Ada yang menunggu di mobil, ada juga yang memutuskan bersantai di tenda yang sudah disiapkan. Saat tiba, Sugeng langsung disibukkan dengan bermacam pesanan. Itulah saat-saat tersibuk Sugeng.
Sup biasanya sudah habis terjual pada pukul 16.00 WIB. Dalam tempo singkat jualan Sugeng sudah ludes terjual. Per harinya ia menjual 150 mangkok. Harga per mangkoknya Rp7.000. Pelanggan Sugeng biasanya dari kalangan menengah ke atas. Hal ini terlihat saat Sugeng membuka jualannya, halaman rumah tua itu disesaki oleh mobil dan sepeda motor.
Pelangan Mi Sup Sugeng terdiri atas mahasiswa, karyawan, dan bahkan para pejabat. “Kalau pejabat, saat warung ramai mereka tidak mau turun. Jadi pesan mi supnya diantar ke dalam mobil”. Di hari libur dan Minggu, Sugeng ikut libur.
Kuahnya mirip soto madura Tampilan mi sup buatan Sugeng sangat khas. Sepintas tampilannya mirip soto jogja atau soto madura. Isinya terdiri atas bihun dengan campuran kol, taoge, sayur sawi, dan ayam suwir. Kuahnya bening, layaknya sup.
Suwiran ayam diambil dari daging ayam yang sebelumnya sudah digoreng. Kuahnya terasa gurih dengan perpaduan bumbu yang pas. Kata Sugeng, ia menyajikan kuah sup dari hasil rebusan ayam yang direbus lama. Sari pati ayam dijadikan sebagai penyedap rasa. Itu adalah resep rahasia Sugeng untuk mendapatkan rasa gurih alami.
Selanjutnya, ayam yang sudah direbus, diangkat, dan digoreng. Barulah daging ayam disuwir-suwir, disajikan saat dipesan. Dijelaskan Sugeng, bumbu membuat mi sup tidak jauh beda dengan bumbu sup umumnya. Bahannya antara lain bawang merah, bawang putih, kemiri, merica, dan sedikit kayu manis. “Bahannya sama saja, tapi yang membuat beda barangkali pada komposisi,” jelasnya.
Rahasia kelezatan lain mi ini terletak pada sayur yang digunakan. “Harus dalam kondisi yang masih segar.” Selanjutnya, bahan baku seperti ayam diutamakan yang masih segar. “Hal ini sangatlah penting.”
Sugeng sudah menekuni usaha mi supnya sejak tahun 1967. “Sebelum berjualan mi sup, saya sudah menekuni berbagai usaha, tapi ternyata melalui mi sup inilah Tuhan memberikan rezeki untuk saya,” ucapnya.
Karena usaha Sugeng sudah cukup lama, pelanggannya pun jadi lintas generasi. Ketika usia Sugeng masih muda, pelanggannya menyapa Sugeng, selanjutnya, memasuki usia kepala empat berubah menjadi Pak Sugeng. Kini karena sudah kakek-kakek, dirinya sudah disapa menjadi Mi Sup Kakek. Pelanggan yang masih remaja menyebut Mi Sup Sugeng dengan nama mi sup Wak Handuk.
Syntia, salah satu pelanggan Mi Sup Pak Sugeng, sangat terkesan dengan kaldu ayamnya yang tiada banding. “Apalagi ada sawinya. Jarang ada tampilan mi sup seperti itu,” ucapnya yang mengaku seminggu dua kali khusus datang ke tempat tersebut untuk menikmati mi sup. [Sita/Wisata Jajan Medan 2011]
Mi Sup PaK SugengJalan Sei Petani no 17 MedanTelp.: 08126510130Jam buka: 14.00 – 16.00