Dokter Ikhlas Tanpa Papan Nama (6): Dosen dan Dokter Bersahaja

Ade Sulaeman

Editor

Dokter Ikhlas Tanpa Papan Nama (6): Dosen dan Dokter Bersahaja
Dokter Ikhlas Tanpa Papan Nama (6): Dosen dan Dokter Bersahaja

Dalam rangka Hari Dokter Nasional, Intisari-Online.com memuat artikel tentang sosok dokter inspiratif. Judul aslinya “Aznan Lelo: Dokter Ikhlas Tanpa Papan Nama: Dokter Mestinya Tak Boleh Pasang Tarif” dari Majalah Intisari edisi September 2013. Berikut ini bagian keenamnya.

Intisari-Online.com - Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. dr. Gontar A. Siregar, mengenal sosok Prof. dr. Aznan Lelo Ph.D, SpFK sebagai dosen yang punya kedisiplinan tinggi dalam memberikan kuliah ke mahasiswanya.

Di kalangan fakultas, Prof. Aznan yang juga Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK USU dikenal cukup bersahaja di kalangan fakultas yang dipimpinnya.

“Saya mengenal beliau (Prof Aznan) orang yang punya disiplin dan bersahaja. Ia sangat disiplin dalam memberikan pendidikan,” kata Gontar.

Aznan juga sering memberikan kritik konstruktif untuk kebaikan fakultas. “Protes iya. ‘Kan bagus daripada ngangguk saja. Misalnya, tentang fasilitas apa saja kurang memadai dan ruangan bagaimana bisa nyaman untuk para dosen dan mahasiswa,” ujarnya.

Gontar mengakui tidak ada ketentuan baku yang mengatur tarif jasa konsultasi medis untuk dokter, bahkan di Indonesia.

“Sampai sekarang belum ada. Namun, hal itu sudah pernah menjadi perbincangan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dalam suatu rapat dengar pendapat. Tarif sesuai spesialisasi, angka bervariasi, mulai Rp50 ribu sampai Rp500 ribu atau sesuai dengan kewajaran,” ujar Gontar.

Gontar meyakini, jasa dokter praktik yang dibebankan ke pasien juga untuk membiayai fasilitas yang secara langsung atau tidak langsung dinikmati pasien. Dokter juga manusia biasa yang sama-sama punya kebutuhan seperti profesi lain. “Dokter juga harus bayar air, listrik, gaji perawat, juga beli bensin,” katanya.

Bila dokter tidak membebankan biaya kepada pasien, ia nilai hal tersebut tidak merupakan “saingan” bagi dokter lainnya. “Ya itu terserah saja,” tambah Gontar. (Feriansyah Nasution, Wartawan Tribun Medan)