Find Us On Social Media :

Yang Mulia Edelweiss Tidak Perlu Dicari Hingga ke Swis, di Jawa pun Ada

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 16 Mei 2018 | 11:30 WIB

Di beberapa daerah yang kepalanya menyangsikan keberhasilan pelestarian melalui pungli itu, mencoba melestarikan bunga dengan melarang sama sekali pengambilannya dari lingkungan hidupnya. Banyak juga yang kecewa.

Untunglah dunia luar Swis kemudian tahu, bahwa bunga yang dikomersialkan itu juga tumbuh di lereng selatan Pegunungan Alpen, di wilayah Italia. Tumbuhnya mbludak, lagi, sampai membentuk karpet putih di tengah hijaunya lapangan berumput yang luas sekali.

Ah! Untuk apa bersusah payah mencari edelweiss dari lereng Pegunungan Alpen Swis, kalau begitu? Sudah sulit, dilarang lagi!

Ternyata kemudian, di Pegunungan Himalaya Asia daratan dan Cordilleras de los Andes Amerika Selatan pun ada edelweiss Leontopodium, meski agak berbeda.

Edelweiss Himalaya, Leontopodium alpinum stiacheyi misalnya, seakan-akan berbunga besar, karena kelopak yang mengelilingi mahkota panjang lebar dan kasar. Diduga bahwa itu karena penyesuaian diri tanaman itu dengan curah hujan yang luar biasa di Himalaya.

Baca juga: Sakralnya Kecantikan Bunga yang Pertama Kali Mekar di Luar Angkasa Ini

Untuk bertahan di tengah alam yang hujannya lebih kejam daripada di Eropa itu, kelopak bunganya berbulu lebih kasar daripada edelweiss Swis. Seperti mantel penolak dingin orang-orang Nepal saja.

Edelweis satu s

Tahu-tahu beredar pula berita "sungguh mati", bahwa di Indonesia juga ada edelweis. Tumbuhnya di daerah dinginnya pegunungan, yang paling sedikit setinggi 2.000 m di atas permukaan laut, seperti puncak G. Gede (yang tingginya 2.958 m) di Jawa Barat, misalnya. G. Dempo (3.159 m) di perbatasan Bengkulu dan Sumatra Selatan, Sindoro (3.135 m) di Jawa Tengah dan Arjuno (3.239 m) di Jawa Timur.

Akan tetapi edelweis Jawa (pakai satu s) itu  ternyata berbeda sekali dengan edelwiess (dua s) Swis. Sebelum edelweis Jawa, Aaaphalis Javanica, disebut "edelweis", ia .sudah lama beredar dengan  nama sembung langu (di. G. Gede), capo gunung  (di Dempo), widodaren (di Arjuno) dan sindoro (di Jawa Tengah). G. Sindoro di daerah itu disebut begitu karena banyaknya pohon itu.

Tanamannya memang berupa pohon. Batangnya berkayu, sebesar pergelangan tangan. Tingginya bisa 4 m. Akan tetapi, meskipun jauh sekali berbeda dengan edelweiss Swis yang berupa terna kecil mungil itu, ia masih sesuku (Compositae) dengan Leontopodium.

Seperti kerabat-kerabat Compositae lainnya, (bunga matahari, seruni dan dahlia), bunga widodaren itu juga majemuk, membentuk karangan bunga yang berkumpul di ujung tangkai. Warnanya tidak weiss lagi, tapi kuning gading.