Find Us On Social Media :

Cerita 94 Jawa Pertama yang Injakkan Kaki di Tanah Suriname, Ada yang Diculik Ada yang Disirep

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 12 Oktober 2024 | 14:41 WIB

Pada Oktober 1890, 94 orang Jawa untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Suriname. Mereka adalah kloter pertama buruh-buruh Jawa yang dikirim Belanda ke sana.

Pada masa itu upah 60 sen sehari berarti dua kali lipat dari penghasilan buruh di Jawa pada umumnya, yang rata-rata cuma 33 sen sehari. Namun, janji-janji yang menggiurkan itu ternyata tidak berhasil.

Sesungguhnya, di balik bunyi kontrak dan janji yang menggiurkan itu, para kuli kontrak dikenai Poenale Sanctie, yaitu ancaman hukuman badan terhadap kuli kontrak yang minggat atau mangkir. Bahkan janji dipulangkan gratis ke Jawa dan belakangan janji penghapusan Poenale Sanctie, menurut Dr. Yusuf Ismael, hanyalah teori belaka.

Upah 60 sen juga kebanyakan cuma diberi 30 sen!

Tahun 1951, orang Indonesia di Suriname diharuskan memilih kewarganegaraan. Orang Jawa kelahiran Suriname punya hak otomatis untuk menjadi warga negara Belanda, tapi mereka juga punya hak untuk menolak. Sedangkan mereka yang kelahiran Indonesia diharuskan memilih, mau menjadi Belanda atau Indonesia.

Konon, orang-orang Jawa Suriname waktu itu jadi bingung mengambil keputusan. Orang Jawa yang berniat menjadi Belanda terus-menerus menyebarkan isyu tentang ruginya menjadi Indonesia.

Sebaliknya, mereka yang ingin pulang ke Jawa, meniupkan keuntungannya balik ke ibu pertiwi. Orang yang cenderung ke Belanda diejek lawannya sebagai segawon landi (anjing Belanda).

Dalam situasi ini, organisasi sosial Kaum Tani Persatuan Indonesia (KTPI) dan Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname (PBIS), bersaing merebut hati masyarakat Jawa di Suriname.

PBIS akhirnya yang berhasil menghimpun peserta dan dana, serta sempat mengirim delegasi ke Jakarta. Pemerintah Indonesia kemudian memberi mereka daerah Tongar di Sumatera untuk tempat tinggal para repatrian Jawa dari Suriname.

Rombongan repatrian pertama baru berangkat tahun 1954. Tidak kurang dari 300 KK atau 1.011 jiwa, melaut dengan KM Langkoeas dan mendarat di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Mereka segera diangkut menuju Tongar, Kabupaten Pasaman, sekitar 250 km dari Padang, Sumbar.

Setelah puluhan tahun menetap di sana, kebanyakan eks repatrian ini lalu menyebar ke berbagai daerah di Sumatera. Mereka akhirnya banyak yang bermukim di Kampung Titian Antui-Duri, di Riau. Kampung itu kemudian bahkan terkenal sebagai Kampung Suriname.

Suriname sendiri, sejak merdeka tanggal 25 November 1975, diguncang kembali oleh keharusan memilih. Belanda atau Suriname? Orang-orang Jawa Suriname yang memilih Belanda kini mengelompok hidup antara lain di daerah Hoogezand, Groningen, Belanda. Di sana juga ada Kampung Suriname.

Suriname memang hanyalah negara anak bawang yang 'dimerdekakan' Belanda karena pertimbangan ekonomis. Namun, bagi keturunan orang-orang Jawa yang memilih tetap hidup di sana, Suriname kini adalah moederland mereka.

Sedangkan bagi orang-orang Jawa Suriname dan keturunannya yang kini hidup di Sumatera, Suriname adalah masa lalu. Boleh jadi masa lalu yang pahit, tapi mungkin enak dikenang. (Mindra Faizaliskandiar)