Find Us On Social Media :

Ramalan Nostradamus: Perang Dunia III Mulai dari Timur Tengah

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 12 Oktober 2024 | 11:01 WIB

Nostradamus pernah meramalkan bahwa Perang Dunia III akan mulai dari Timur Tengah. Entah benar atau salah, yang jelas, hingga sekarang konflik-konflik di Timur Tengah tak kunjung selasai.

Juga tokoh-tokoh lain. Seperti halnya The Great Illusion karya Norman Angell (1910), Jeane Dixon yang menulis My Life and Prophecies, atau bahkan History of the Third World War, August 1985 karya Sir John Hackett.

Bukan apa yang akan terjadi tapi apa yang dapat terjadi

Ramalan, nujum, atau apa pun namanya, memang tak gampang ditafsirkan. Paling mungkin adalah merangkai sebuah kejadian, kemudian merekonstruksi berdasarkan yang sudah diramalkan.

Lagipula, segala hal harus dilihat secara, pesimistis. Sebagaimana Cheetam menjelaskan, yakni bukan "Apa yang akan terjadi", melainkan "Apa yang dapat terjadi". Ini pun masih ditambah dengan kesulitan mencampurkan pengertian antara ramalan, rekaan, intuisi, atau prakiraan. Meski jelas, banyak hal terkadang muncul setelah lebih dahulu disadari ada prediksinya.

Ketika sore, 22 November 1963 di sebuah restoran di California, Jeane Dixon, seorang wanita Amerika, mengungkapkan perasaan bahwa "Ada sesuatu menimpa Tuan Presiden," kedua temannya tak begitu sadar. Telepati Jeane sedang berjalan jauh, menangkap kejadian yang akan berlangsung di Dallas pada malam harinya, saat Presiden Kennedy tertembak.

Sejarah paranorma Amerika kemudian mencatat nama Jeane Dixon sebagai salah satu peramal besar (Ruth Montgomery, A Gift of Prophecy; The Phenomenal Jeane Dixon, 1965).

Societe de Sparte, sekelompok manusia biadab yang pernah disebut dalam novel karya Matthew Philip Shiel (1896), adalah contoh lain. Diceritakan, kelompok tersebut bertanggung jawab atas pembunuhan keluarga, pria, wanita, dan anak-anak tanpa kecuali. Mayat-mayat dimasukkan ke dalam tungku pembakaran raksasa.

Ternyata, 40 tahun kemudian terjadi peristiwa yang hampir sama, yakni pembantaian oleh Nazi terhadap orang Yahudi. Meski jelas, roman itu tak pemah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, sehingga agak mustahil bila prajurit SS Jerman tahu (Intisari, September 1966).

Juga fiksi petualangan bahari karya Morgan Robertson (1898), yang menceritakan kemalangan yang dialami oleh kapal transatlantik 3 baling-baling sepanjang 800 kaki (sekitar 27 meter) pada pelayaran perdana. Seluruh 3.000 penumpangnya tewas.

Ternyata, kapal Titanik karam 14 tahun kemudian (tepatnya malam 14 - 15 April 1912), dengan data-data tepat seperti digambarkan Robertson: Melaut dalam perjalanan perdana, menggunakan 3 baling-baling dalam mesin penggeraknya, berukuran panjang 825,5 kaki (29 meter), mengangkut 3.000 orang yang seluruhnya jadi korban.

Ramalan bisa berupa cerita yang benar-benar tertuju pada sesuatu, tapi lebih banyak berupa, ungkapan simbolis. Bahkan tak sedikit yang terdiri atas angka-angka. Cara yang dipilih Nostradamus adalah cerita melalui baris-baris puisi.

Ini pun bisa ditafsirkan sebagai pertanda, bisa pula dicerna. sebagaimana adanya. Gabungan makna dalam setiap kuatren itulah yang kemudian direka-reka para komentator, sebelum ataupun sesudah sebuah peristiwa berlangsung.