Intisari-online.com -Nostradamus (1503 – 1566) merupakan peramal paling terkenal di dunia. Dia dipuji oleh beberapa orang karena meramalkan sejumlah peristiwa besar dalam sejarah dunia, termasuk Revolusi Perancis, bom atom, kebangkitan Adolf Hitler hingga serangan 11 September di World Trade Center.
Namun, sekitar 400 tahun sebelumnya hiduplah Jayabaya, seorang raja Hindu di Jawa yang penting dalam sejarah nusantara yang kini dikenal sebagai Indonesia, juga dikenal karena ramalannya, khususnya mengenai masa depan Pulau Jawa.
__________________________________________________________________
Di tengah hiruk-pikuk zaman yang terus bergerak, ada kisah seorang raja yang namanya terukir abadi dalam sejarah Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Ia adalah Raja Jayabaya, penguasa Kerajaan Kediri yang bijaksana dan visioner.
Memerintah dari tahun 1135 hingga 1157, Jayabaya tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang adil dan penuh kearifan tetapi juga sebagai seorang nujum yang ramalannya masih dibicarakan hingga hari ini.
Kisah Jayabaya dimulai dari garis keturunan yang luar biasa. Ayahnya, Gendrayana, mengklaim sebagai keturunan dari Pandawa, para pahlawan epik Mahabharata.
Dengan demikian, Jayabaya dianggap memiliki darah para dewa mengalir dalam dirinya, memberinya kemampuan magis yang memungkinkan dia melihat melampaui batas waktu.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan, terutama dalam bidang sastra. Jayabaya menjadi pelindung bagi para penyair dan sastrawan, mendorong berkembangnya karya-karya sastra yang mengagumkan.
Di antara mereka adalah Empu Sedah dan Empu Panuluh, dua bersaudara yang menciptakan Kitab Bharatayudha, sebuah karya monumental yang menceritakan ulang epos Mahabharata.
Namun, Jayabaya tidak hanya dikenal karena dukungannya terhadap sastra. Ia juga menulis kitab ramalan sendiri seperti Serat Jayabaya dan Serat Pranitiwakya.
Ramalan-ramalan ini bukan sekadar prediksi sembarangan; mereka adalah panduan bagi banyak orang Jawa dalam memandang dunia dan masa depan.
Salah satu ramalan Jayabaya yang paling terkenal adalah tentang kedatangan orang-orang berkulit putih dengan senjata mematikan dari jauh.
Ramalan ini dianggap menjadi kenyataan ketika Indonesia dijajah oleh Belanda selama tiga abad. Kemudian, ramalan tersebut tampaknya terwujud lagi ketika Jepang mengalahkan Belanda dan menduduki Indonesia—meskipun hanya untuk waktu yang singkat.
Di akhir hayatnya, Jayabaya meninggalkan tahta dan kehidupan kerajaan untuk menjadi pertapa di desa Menang.
Tempat ini kemudian menjadi situs ziarah suci, dikunjungi oleh banyak orang termasuk dua presiden Indonesia pertama—Sukarno dan Suharto—yang mencari legitimasi dan berkah dari sang raja bijak.
Ramalan Jayabaya tidak hanya berbicara tentang masa lalu atau masa depan jauh; ia juga meramalkan tentang kepemimpinan modern Indonesia dengan istilah "Notonegoro".
Istilah ini menimbulkan banyak interpretasi tetapi secara umum diartikan sebagai transisi dari kepemimpinan monarki ke bentuk pemerintahan yang lebih demokratis di mana pemimpin bertanggung jawab kepada rakyatnya.
Kisah Raja Jayabaya adalah cermin bagi kita semua tentang bagaimana sejarah dan mitos dapat bertahan melalui waktu.
Ia mengingatkan kita bahwa pemimpin sejati tidak hanya dilihat dari kekuasaannya tetapi juga dari warisan kebijaksanaan dan pandangan jauh ke depan yang ia tinggalkan untuk generasi mendatang.
Ramalan pemimpin Indonesia di masa depan
Ramalan Jayabaya yang paling dinantikan adalah akan datangnya Ratu Adil (Raja/Ratu Adil, meskipun orang Jawa menganggap orang tersebut adalah laki-laki) sebagai pemimpin baru Indonesia.
Jayabaya meramalkan bahwa orang tersebut adalah keturunan keluarga kerajaan kerajaan Majapahit kuno yang akan bangkit menjadi pemimpin terhebat yang pernah dikenal Pulau Jawa dan dunia.
Ia akan muncul, menurut Jayabaya, "ketika kereta besi dapat melaju tanpa kuda dan kapal dapat berlayar melintasi angkasa" (masa ketika ada mobil dan pesawat terbang).
Menurut Jayabaya, awal kehidupan pemimpin besar ini akan sulit. Dia akan menaklukkan banyak kesulitan, penghinaan, dan kemiskinan. Tapi dia akan mengatasi itu semua karena ketulusan dan ketabahan hatinya
. Raja yang adil akan lahir di zaman kegelapan penderitaan untuk memulihkan ketertiban, keharmonisan, dan keadilan di dunia.
Sebagaimana kepercayaan masyarakat Jawa terhadap adanya sejarah siklus kemakmuran hidup yang silih berganti – dimana era kemakmuran akan disusul oleh era kegelapan yang pada saatnya nanti akan berubah lagi menjadi era kemakmuran, maka ramalan ini menarik bagi sistem kepercayaan masyarakat Jawa.
Banyak orang Jawa yang percaya bahwa mereka kini berada di tengah-tengah Jaman Edan (zaman kegilaan), atau zaman kegelapan.
Oleh karena itu, kedatangan Ratu Adil diperkirakan sudah mendekati waktunya dan akan mengantarkan fajar zaman keemasan baru.
*