Penulis
Entah kapan perdamaian di wilayah Timur Tengah terwujud. Hingga sekarang, beragam konflik terus mendera wilayah yang identik dengan banyak gurun pasir itu. Yang terbaru tentu konflik Palestina-Israel yang merembet ke konflik Israel-Lebanon dan Israel-Iran.
Pertama tayang di Intisari pada Februari 1991
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Kenapa Timur Tengah selalu diliputi konflik?
Barangkali pertanyaan itu muncul di sebagian besar dari kita, tapi bagi para pengamat karya Nostradamus, semua itu bukan barang baru. Sekitar hampir 500 tahun yang lalu, Michel de Nostredame, atau acap dilatinkan, dengan Nostradamus (1503 - 1566), sudah meramal bahwa Perang Dunia III akan pecah di kawasan ini. Ketika karyanya dibuka kembali, kecemasan yang sama sungguh terasakan.
Pangkalnya jelas, yakni terusiknya kembali sisi kontemplatif dari karya-karya tulis para peramal, serta dominannya rasa was-was melihat krisis Teluk. Faktor inilah agaknya, yang menjadikan khazanah pustaka yang bertema "akhir zaman", meriah lagi.
Lewat Centuries, karyanya setebal 10 jilid yang terbit secara bertahap (1555 - 1558), Nostradamus pernah menjelaskan salah satu "masa-masa gawat" peradaban umat manusia, yakni 1973 - 1999. Itulah bagian "terakhir dari 1000 tahun (millennium) sejarah bumi, sebelum masuk ke babak yang disebutnya "The Golden Age".
Memang, kurun waktu 27 tahun cukup lama. Lagi pula, pengertiannya bisa membias ke macam-macam hal, macam-macam penafsiran. Sama samarnya dengan karya Nostradamus sendiri yang lebih bernuansa sastra, terbagi dalam banyak bait (masing-masing 4 baris dengan gaya bersajak). Kemudian dikumpulkan dalam beberapa century (meski bukan berarti "abad").
Pengungkapannya sangat simbolik; terkadang ngambang. Ada yang menunjuk nama, benda, hal, saat, dan lain-lain. Inilah yang kemudian membuahkan pro-kontra pendapat di kalangan para peneliti.
Baik oleh Erika Cheetam lewat bukunya The Prophecies of Nostradamus, London, 1973—yang direvisi pada 1981—dan The Further Prophecies of Nostradamus: 1985 and Beyond, London, 1985, maupun John Hogue, Nostradamus and the Millennium, London, 1987.
Juga tokoh-tokoh lain. Seperti halnya The Great Illusion karya Norman Angell (1910), Jeane Dixon yang menulis My Life and Prophecies, atau bahkan History of the Third World War, August 1985 karya Sir John Hackett.
Bukan apa yang akan terjadi tapi apa yang dapat terjadi
Ramalan, nujum, atau apa pun namanya, memang tak gampang ditafsirkan. Paling mungkin adalah merangkai sebuah kejadian, kemudian merekonstruksi berdasarkan yang sudah diramalkan.
Lagipula, segala hal harus dilihat secara, pesimistis. Sebagaimana Cheetam menjelaskan, yakni bukan "Apa yang akan terjadi", melainkan "Apa yang dapat terjadi". Ini pun masih ditambah dengan kesulitan mencampurkan pengertian antara ramalan, rekaan, intuisi, atau prakiraan. Meski jelas, banyak hal terkadang muncul setelah lebih dahulu disadari ada prediksinya.
Ketika sore, 22 November 1963 di sebuah restoran di California, Jeane Dixon, seorang wanita Amerika, mengungkapkan perasaan bahwa "Ada sesuatu menimpa Tuan Presiden," kedua temannya tak begitu sadar. Telepati Jeane sedang berjalan jauh, menangkap kejadian yang akan berlangsung di Dallas pada malam harinya, saat Presiden Kennedy tertembak.
Sejarah paranorma Amerika kemudian mencatat nama Jeane Dixon sebagai salah satu peramal besar (Ruth Montgomery, A Gift of Prophecy; The Phenomenal Jeane Dixon, 1965).
Societe de Sparte, sekelompok manusia biadab yang pernah disebut dalam novel karya Matthew Philip Shiel (1896), adalah contoh lain. Diceritakan, kelompok tersebut bertanggung jawab atas pembunuhan keluarga, pria, wanita, dan anak-anak tanpa kecuali. Mayat-mayat dimasukkan ke dalam tungku pembakaran raksasa.
Ternyata, 40 tahun kemudian terjadi peristiwa yang hampir sama, yakni pembantaian oleh Nazi terhadap orang Yahudi. Meski jelas, roman itu tak pemah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, sehingga agak mustahil bila prajurit SS Jerman tahu (Intisari, September 1966).
Juga fiksi petualangan bahari karya Morgan Robertson (1898), yang menceritakan kemalangan yang dialami oleh kapal transatlantik 3 baling-baling sepanjang 800 kaki (sekitar 27 meter) pada pelayaran perdana. Seluruh 3.000 penumpangnya tewas.
Ternyata, kapal Titanik karam 14 tahun kemudian (tepatnya malam 14 - 15 April 1912), dengan data-data tepat seperti digambarkan Robertson: Melaut dalam perjalanan perdana, menggunakan 3 baling-baling dalam mesin penggeraknya, berukuran panjang 825,5 kaki (29 meter), mengangkut 3.000 orang yang seluruhnya jadi korban.
Ramalan bisa berupa cerita yang benar-benar tertuju pada sesuatu, tapi lebih banyak berupa, ungkapan simbolis. Bahkan tak sedikit yang terdiri atas angka-angka. Cara yang dipilih Nostradamus adalah cerita melalui baris-baris puisi.
Ini pun bisa ditafsirkan sebagai pertanda, bisa pula dicerna. sebagaimana adanya. Gabungan makna dalam setiap kuatren itulah yang kemudian direka-reka para komentator, sebelum ataupun sesudah sebuah peristiwa berlangsung.
Terbunuhnya kakak-beradik Kennedy ("Pelaku sebenarnya tak akan pernah diketahui," kata Nostradamus), seseorang dengan nama keluarga De Gaulle akan memerintah Perancis dalam tiga masa jabatan (Century IX Quatrain 33), atau beberapa puisi-ramalan lain.
Soal invasi Soviet ke Afganistan, misalnya, diterangkan secara jelas pada Century X Quatrain 31: "Orang-orang Rusia akan memasuki wilayah Afghanistan. Dan negara-negara Arab akan menjadi sangat terbuka".
Boleh jadi, tak ada pengertian apa pun yang dikandungnya. Tapi boleh jadi pula, bait ini menyiratkan sesuatu. Nyatanya sejarah membuktikan, bahwa paruh kedua dasawarsa 1980-an, dunia diramaikan oleh upaya membujuk agar tentara merah segera keluar dari Afghanistan.
Dokter yang gemar astrologi
Kemampuan Nostradamus dalam meramal sudah terlihat sejak kecil. Tatkala dua kakeknya, Jean St. de Remy dan Pierre de Nostredame, menangkap kecerdasan Michel dalam matematika dan usil dengan astrologi. Teman-temannya menjulukinya Astrolog Kecil. .
Dia suka menebak nasib orang berdasarkan perhitungan rasi bintang, bahkan berusaha menggabungkan teori matematika dengan astrologi. Yang muncul kemudian adalah kode dan anagram, sebagaimana mengilhami karyanya di masa dewasa. .
Lahir dari pasangan Renee dan Jacques de Nostredame di Saint-Remy pada 14 Desember 1503, sejak kecil diharapkan ayahnya yang notaris untuk belajar kedokteran. Michel memang masuk ke fakultas kedokteran, meski ia merasa, dunia medis tak akan mampu menampung seluruh keinginannya.
Dengan seenaknya toh gelar sarjana muda diselesaikannya dalam waktu tiga tahun. Malah niatan yang semula tidak ada, belakangan jadi makin serius. Atas bimbingan kakeknya ia menekuni ilmu kedokteran, farmasi, dan botani. Tak sedikit penemuan dan ramuan sari tumbuhan dijadikannya resep obat.
Tampaknya tak ada soal bagi kemajuannya, kecuali kenyataan bahwa saat itu dunia kedokteran masih buta akan berbagai- macam bakteri, mengharamkan sterilisasi, dan menganggap memandikan pasien sebagai dosa.
Beberapa tahun kemudian, dengan-caranya yang tak konvensional, ia berjalan ke pelosok-pelosok untuk mengamalkan ilmunya seraya mendalami farmasi. Pada saat yang sama, minat ke bidang astrologi makin diwujudkan. Maka tahun 1529, ketika ia meraih gelar doktor medis dari Universitas Montpellier (dengan disertasi hasil penelitiannya tentang kuman ganas Le Charbon beserta ramuan pemunahnya), orang dengan gampang menghubungkan kecakapannya sebagai dokter dengan prediksi-prediksi meyakinkan sebagai astrolog.
Pasien yang datang bukan hanya untuk keluhan sakit dan konsultasi kosmetik, tapi juga minta dicarikan hari baik untuk pendirian sebuah toko. Tentu, ada juga yang berniat serius belajar banyak hal darinya.
Sekitar 1534 dia menikah, kemudian mempunyai sepasang putra-putri. Hidupnya sangat bahagia, hingga tahun 1537, wabah penyakit ganas menyerang daerah tempat tinggalnya. Istri beserta dua anaknya meninggal. Nostradamus terguncang, terutama karena gugatan diri lantaran gagal mengatasi penyakit yang menerjang keluarganya.
Bukankah dulu ia meraih gelar doktor karena menemukan pemusnah wabah Le Charbon, yang kurang-lebih sama ganasnya?
Dia tak menikah lagi sampai tahun 1547, saat ia bertemu seorang janda kaya, yang kemudian memberinya enam keturunan. Kemudian mengawalnya untuk serius menekuni astrologi dan botani.
Karya pertamanya bertajuk Almanacs, terbit pada 1550. Sebuah tuturan praktis tentang cuaca, daerah sekitar, tumbuh-tumbuhan, perhitungan dalam meletakkan sebuah bangunan beserta peruntungannya, dan sejenisnya.
Ternyata karya itu laris bukan main. Makin seriuslah ia menuliskan ramalan-ramalannya, yang kemudian diberi judul Centuries. Terbit perdana pada 1555, dan baru rampung hingga 10 jilid pada 1558.
Anagram-anagram, kode-kode, ungkapan-ungkapan yang berisi ramalan, karena beberapa pembuktian, kemudian mengharumkan namanya. Terhitung sejak diterbitkan, dinikmatinya sampai ia meninggal (2 Juli 1566), bahkan dipercaya orang pada masa-masa sesudahnya.
Kebanyakan menyangkut peristiwa dan tokoh besar. Baik Raja Charles I yang diramal akan dihukum mati, Revolusi Prancis yang akan meletus tahun 1792, pria bernama Pasteur akan dianugerahi kemampuan medis setengah dewa (Century I Quatrain 25) hingga bentangan waktu sangat lebar, tahun 1999.
Napoleon, Hitler, dan tokoh di Timur Tengah dalam Perang Dunia
Pada Century 1 Quatrain 60 Nostradamus menjelaskan, bahwa seorang kaisar akan lahir di suatu tempat dekat Italia. Demi, kemasyhuran dia akan meminta korban sangat besar dalam gaya memerintah yang sangat kejam. Dia lebih mirip algojo daripada seorang priayi berdarah biru.
Berdasarkan ini, para analis mereka-reka waktu dan tempat yang dimaksud. Periode krisis pertama adalah kepanikan di sekitar Perang Dunia I.
Dirunut dari tempat lahirnya, Napoleon Bonaparte tepat dilahirkan di Pulau Corsica, dekat Italia. Dialah salah satu dari 3 orang yang bertanggung jawab akan meletusnya picu Perang Dunia.
Pada Century 11 Quatrain 24 Nostradamus malah menyebut secara eksplisit nama "Hister" sebagai penarik picu kedua. Dan sejarah telah berbaik hati menyajikan bukti, bahwa Hitler-lah orangnya. Sedangkan sebagian dari 27 tahun "masa-masa gawat" menjelang akhir millennium adalah Perang Dunia E.
Diawali dengan akhir sengketa Mesir-Israel tahun 1973, embargo minyak oleh OPEC, krisis energi besar-besaran, resesi berkepanjangan, sampai kedatangan "The Great King of Terror" (Century 1 Quatrain 16) yang dibarengi bencana alam di-sebagian dunia.
Jelasnya, Sang Raja Teror akan muncul di Benua Asia (Century X Quatrain 75), dalam masa-masa di sekitar pertemuan antara planet Aries, Yupiter, dan Saturnus (Century 1 Quatrain 5J). Analisis John Hogue atas waktu yang ditunjuk adalah tanggal 2 September 1995.. Berarti pertemuan kedua planet-planet tersebut, setelah pertemuan pertama berlangsung pada 13
Desember 1702. Meskipun, tanda pada Century lain juga disebutkan perkiraannya, yakni antara akhir 1986 sampai 1999. Sedangkan nama yang disebut dalam Century 11 Quatrain 62 adalah "Mabus". Melihat asal kemunculannya di Asia, kesimpulannya jadi sederhana: ia seorang tokoh di Timur Tengah.. Mungkin dengan nama mirip dia (Mabus-Malus), atau berkarakter seperti yang tersirat dalam nama ini. -
Soalnya, Malus dalam bahasa Latin berarti orang jahat. Melihat kesesuaian dengan konteks zaman, pengertian jahat bisa berarti seorang teroris, tokoh pembangkang, atau pembawa panji ideologi oposisi.
Perekaan para ahli - sekurang-kurangnya oleh Cheetam dan Hogue - sampai pada tokoh semacam almarhum Khomeini (yang - disebut Nostradamus dalam Century 11 Quatrain 2 sebagai pemimpin di tanah pengasingan yang menjungkalkan pemimpin lain yang "berkepala biru", Khadafi (Nostradamus menjulukinya Pangeran Afrika), Abu Nidal, atau Abu Abbas yang bertanggungjawab atas pembajakan kapal pesiar Achille Lauro, tahun 1985.
Namun, melihat situasi
Timur Tengah sepanas sekarang, Saddam Hussein masuk sebagai calon paling potensial. Bahkan tanda-tandanya sudah dipelajari media massa Barat, tatkala minggu pertama bulan Juni 1990, Majalah OS News and World Report menyajikan laporan utama tentang kekuatan Irak dengan menyebut Saddam-sebagai "Manusia paling, berbahaya di dunia".
Benar saja; karena 2 bulan sesudah. itu, kapak invasi Saddam tertancap di Kuwait. Sejak itulah, krisis terburuk Timur Tengah membawa keprihdtinan ke seluruh dunia.
Semoga ramalan itu meleset
Segala yang telah berlalu akan terus bergulir bersama dengan putaran waktu. Timur Tengah nyatanya tak pernah sepi dari gejolak. Analisis politik dan. militer, agaknya melihat bahaya yang sama - dengan analisis para peramal.
Ketika laporan tentang kantung-kantung senjata memasukkan juga unsur senjata kimia (Intisari, Januari 1991), bunyi genderang perang makin terngiang. Detak-detak bahaya semakin terasa.
Ketika orang membuka kembali History of the Third World War, ataupun menggabungkannya dengan tulisan lain dengan visi dan pendekatan lain semisal Patterns of Prophecy karya Alan Vaughan (1984). Vaughan menyelipkan 1 paragraf ramalan karya biarawan Polandia (1790) yang disadur ke dalam bahasa Jerman pada 1848.
Yang jelas sekali menunjuk tahun-tahun munculnya berbagai peristiwa besar: Perang Dunia II pada 1938 perdamaian dunia seusai "Perang Teluk" pada 1986 (tapi disebut Nostradamus hanyalah sebagai pemantik api PD III), komet indah yang akan muncul pada 1988 (rieski keliru, karena Halley muncul pada 1986), serta gempa bumi universal yang memporak-porandakan sebagian Italia, Portugal, dan Spanyol tahun 1996.
Atau pula karya-karya ilmiah-kontemplatif semisal Brave New World oleh Aldous Huxley (1932), maupun The Shape of Things to Come .karya HG Wells (1933) yang lebih ngepop, dan versi filmnya pernah dibikin Alexander Korda pada tahun 193,6. .
Beberapa - bahkan semuanya - bisa saling dihubungkan. Sama halnya peristiwa-peristiwa lain yang pernah terjadi. Hanya masalahnya, betapa sulit menafsirkan sebuah ramalan: apa pun bentuknya - yang menunjuk ke- peristiwa masa depan (Baca Nostradamus Pernah Meramal Lahirnya Bung Karno). Terus terang, secanggih-canggihnya kita menafsirkan, tak akan benar selagi buktinya belum ada.
Jadi, benarkah Saddam Hussein adalah Sang Mabus, dan haruskah kita tunggu sampai bukti itu ada? Einstein tak perlu harus menunggu bom atom meledak untuk membuktikan teorinya. Sayang, kemajuan teknologi tak bisa mengikuti imajinasi dalam film-film TV. Tak ada mesin waktu yang menggelindingkan manusia sekarang ke masa nanti. Apa boleh buat, tunggu saja sampai terjadi sendiri.
Tentu sambil berharap, semoga perang teluk berakhir sampai di sini, tak usahlah merembet ke seluruh muka bumi. Sekurang-kurangnya prakiraan para peramal tak jadi terbukti.