Find Us On Social Media :

Ramalan Nostradamus: Perang Dunia III Mulai dari Timur Tengah

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 12 Oktober 2024 | 11:01 WIB

Nostradamus pernah meramalkan bahwa Perang Dunia III akan mulai dari Timur Tengah. Entah benar atau salah, yang jelas, hingga sekarang konflik-konflik di Timur Tengah tak kunjung selasai.

Entah kapan perdamaian di wilayah Timur Tengah terwujud. Hingga sekarang, beragam konflik terus mendera wilayah yang identik dengan banyak gurun pasir itu. Yang terbaru tentu konflik Palestina-Israel yang merembet ke konflik Israel-Lebanon dan Israel-Iran.

Pertama tayang di Intisari pada Februari 1991

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Kenapa Timur Tengah selalu diliputi konflik?

Barangkali pertanyaan itu muncul di sebagian besar dari kita, tapi bagi para pengamat karya Nostradamus, semua itu bukan barang baru. Sekitar hampir 500 tahun yang lalu, Michel de Nostredame, atau acap dilatinkan, dengan Nostradamus (1503 - 1566), sudah meramal bahwa Perang Dunia III akan pecah di kawasan ini. Ketika karyanya dibuka kembali, kecemasan yang sama sungguh terasakan.

Pangkalnya jelas, yakni terusiknya kembali sisi kontemplatif dari karya-karya tulis para peramal, serta dominannya rasa was-was melihat krisis Teluk. Faktor inilah agaknya, yang menjadikan khazanah pustaka yang bertema "akhir zaman", meriah lagi.

Lewat Centuries, karyanya setebal 10 jilid yang terbit secara bertahap (1555 - 1558), Nostradamus pernah menjelaskan salah satu "masa-masa gawat" peradaban umat manusia, yakni 1973 - 1999. Itulah bagian "terakhir dari 1000 tahun (millennium) sejarah bumi, sebelum masuk ke babak yang disebutnya "The Golden Age".

Memang, kurun waktu 27 tahun cukup lama. Lagi pula, pengertiannya bisa membias ke macam-macam hal, macam-macam penafsiran. Sama samarnya dengan karya Nostradamus sendiri yang lebih bernuansa sastra, terbagi dalam banyak bait (masing-masing 4 baris dengan gaya bersajak). Kemudian dikumpulkan dalam beberapa century (meski bukan berarti "abad").

Pengungkapannya sangat simbolik; terkadang ngambang. Ada yang menunjuk nama, benda, hal, saat, dan lain-lain. Inilah yang kemudian membuahkan pro-kontra pendapat di kalangan para peneliti.

Baik oleh Erika Cheetam lewat bukunya The Prophecies of Nostradamus, London, 1973—yang direvisi pada 1981—dan The Further Prophecies of Nostradamus: 1985 and Beyond, London, 1985, maupun John Hogue, Nostradamus and the Millennium, London, 1987.