Find Us On Social Media :

Profil Han Kang, Pengarang Korea Selatan yang Dianugerahi Hadiah Nobel Sastra 2024

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:41 WIB

Han Kang menjadi orang Korea Selatan pertama yang mendapatkan Hadiah Nobel Sastra.

Han Kang menjadi orang Korea Selatan pertama yang mendapatkan Hadiah Nobel Sastra. Mulai dikenal di Indonesia lewat The Vegetarian.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Penerima Hadiah Nobel 2024 sudah diumumkan. Salah satu yang mencuri perhatian adalah peraih Hadiah Nobel Sastra, yang tahun 2024 ini jatuh kepada penulis Korea Selatan, Han Kang.

Mengutip Kompas.ID, alasan pemberian Hadiah Nobel kepada wanita kelahiran November 1970 itu adalah prosa puitisnya yang intens yang bisa menghadapi trauma sejarah dan mengungkap kerapuhan kehidupan manusia. Untuk itu, Han Kang berhak mendapatkan hadiah dari Akademi Swedia sebesar 11 juta krona Swedia (sekitar Rp16,5 miliar).

Han Kang, mengutip pernyataan Anders Olsson, ketua Komite Nobel, "Memiliki kesadaran unik akan hubungan antara tubuh dan jiwa, yang hidup dan yang mati, dan dengan gaya puitis dan eksperimentalnya telah menjadi inovator dalam prosa kontemporer."

Han Kang, yang tak menyangka dirinya mendapatkan hadiah bergengsi itu, menjadi orang Korea Selatan pertama yang memenangkan hadiah Nobel Sastra. 

Han Kang memulai kariernya dalam dunia sastra pada 1993 dengan penerbitan sejumlah puisi di majalah Literature and Society. Debut prosanya terjadi pada 1995 ketika dia menerbitkan kumpulan cerpen Love of Yeosu. The Vegetarian membuat namanya kian melejit.

Mengutip Kompas.com, wanita berusia 53 tahun itu menjadi favorit banyak pihak menjelang pengumuman tersebut, termasuk penulis China Can Xue. Juga para kandidat lainnya seperti Ngugi Wa Thiong'o dari Kenya, Gerald Murnane dari Australia, dan Anne Carson dari Kanada.

Hadiah sastra merupakan hadiah Nobel yang paling mudah diakses oleh banyak orang dan, karenanya, pilihan-pilihan Akademi disambut dengan pujian dan kritik, sering kali dalam kadar yang sama.

Secara umum, Han Kang adalah manusia ke-117 yang menerima Hadiah Nobel Sastra, yang pertama diberikan pada 1901. Selain itu, Han Kang adalah perempuan ke-18 yang menerima hadiah ini. Dan dia, seperti disebut di awal, adalah Korea Selatan pertama yang menerima Nobel Sastra.

Berbicara tentang The Vegetarian, novel yang ditulis dalam tiga bagian ini menggambarkan berbagai konsekuensi yang ditanggung tokoh Yeonghye karena menolak makan daging. Keputusannya ini menuai reaksi keras dari suaminya dan ayahnya. Kondisi tubuhnya lantas dieksploitasi secara erotis dan estetis oleh saudara iparnya yang seorang seniman video.

Lewat Greek Lessons (2023), Han Kang pernah mengulas tentang kerentanan manusia yang dibalut dalam romantisme. Novel ini berpusat ke perempuan muda yang kehilangan kemampuan berbicara lantaran trauma, serta lelaki yang kehilangan penglihatannya. Kerentanan dua tokoh ini lantas berkembang menjadi benih cinta yang rapuh.

Yang juga perlu dicatat, Han Kang menyandarkan beberapa karyanya pada peristiwa sejarah. Misalnya pada novel Human Acts (2014). Di situ Han Kang memotret sejarah kelam di Gwangju, kota kelahirannya, beberapa dekade lalu, di mana pada 1980-an, kota itu menjadi tempat dibunuhnya ratusan siswa dan warga yang dilakukan pihak militer Korsel.

"Dalam karyanya, Han Kang mengonfrontasi trauma historis dan aturan tak terlihat, dan dalam setiap karyanya mengungkap kerapuhan hidup manusia. Dia memiliki kesadaran unik terhadap hubungan antara tubuh dan jiwa, yang hidup dan yang mati, dan gayanya yang puitis serta eksperimental menjadi inovator dalam prosa kontemporer," ujar Olsson.

Sementara itu, salah satu anggota Akademi Swedia, Anna-Karin Palm, merekomendasikan untuk publik yang ingin mulai membaca karya-karya Han Kang. Menurut dia, Han Kang meracik sejarah secara menarik di novel ini. Ia membiarkan para tokoh merefleksikan kejadian di masa lalu dan masa kini.

Masih dari Kompas.ID, dalam wawancara dengan Yonhap tahun lalu, Han Kang menyebut bahwa novelnya tak sekadar menyitir kejadian-kejadian lalu di sejarah. Namun, ia juga ingin mengeksplorasi kemanusiaan lewat sejarah dan mengolahnya ke tulisan.

Walau dianggap telah melahirkan karya-karya yang luar biasa, Han Kang tak menyangka bakal menerima Hadiah Nobel Sastra, tahun ini. Kabar itu bahkan baru dia terima saat dihubungi Sekretaris Permanen Akademi Swedia, Mats Malm, melalui telepon.

Malm mengatakan, Han Kang kala itu sedang menjalani hari seperti biasa dan baru selesai makan malam dengan putranya. Pengumuman Han Kang sebagai pemenang Hadiah Nobel Sastra membuat permintaan pasar atas buku-bukunya melonjak. Walakin, Han Kang berharap ia bisa berada jauh dari pusat perhatian.

"Saya ingin melanjutkan hidup seperti tidak terjadi apa-apa," ujarnya.