Find Us On Social Media :

Mengapa Seni Rupa Dapat Digunakan untuk Mengenang Sejarah dan Peristiwa Tertentu

By Afif Khoirul M, Jumat, 11 Oktober 2024 | 11:30 WIB

Ilustrasi - Berikut ini adalah eberapa pengaruh Hindu Buddha dalam seni rupa dan ukir di Indonesia.

Contohnya, lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden Saleh (1857) menghidupkan kembali momen dramatis penangkapan sang pangeran, lengkap dengan detail busana, ekspresi wajah, dan latar belakang peristiwa.

Lukisan ini bukan hanya sekadar karya seni, melainkan juga rekaman visual yang membekukan momen penting dalam sejarah perjuangan Indonesia.

2. Simbolisme yang Menembus Batas Bahasa

Seni rupa berbicara dalam bahasa simbol. Setiap goresan, warna, dan bentuk, memiliki makna tersirat yang dapat diinterpretasikan oleh penikmatnya.

Simbol-simbol ini mampu menembus batas bahasa dan budaya, menyampaikan pesan universal yang dapat dipahami oleh siapapun, kapanpun.

Patung Liberty di New York, misalnya, bukan hanya sekadar patung raksasa, melainkan simbol kebebasan dan demokrasi yang diakui dunia.

Mahkota berjari tujuh melambangkan tujuh benua dan tujuh lautan, obor di tangan kanannya melambangkan penerangan, dan tablet di tangan kirinya bertuliskan tanggal deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat.

Simbol-simbol ini menjadikan Patung Liberty lebih dari sekadar karya seni, ia adalah monumen yang mengabadikan nilai-nilai luhur suatu bangsa.

3. Pengingat Kolektif bagi Masyarakat

Seni rupa berperan sebagai pengingat kolektif bagi masyarakat. Monumen, patung, dan mural, kerap kali didirikan untuk mengenang peristiwa penting atau tokoh bersejarah.

Karya-karya ini menjadi penanda fisik yang mengingatkan masyarakat akan jasa para pahlawan, tragedi kemanusiaan, atau momen penting lainnya.

Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta, misalnya, menjadi pengingat akan kekejaman G30S/PKI dan pengorbanan para pahlawan revolusi.