Find Us On Social Media :

VOC Jadikan Sri Lanka Tempat Pembuangan Orang Pribumi Hingga Raja Jawa

By Afif Khoirul M, Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:45 WIB

Ilustrasi - Amangkurat III Raja mataram yang berakhir di tangan VOC.

Di pulau yang jauh dari tanah kelahirannya, Sultan Ageng menghabiskan sisa hidupnya dalam kesunyian dan penderitaan.

Tak hanya Sultan Ageng, VOC juga mengasingkan Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional Indonesia yang memimpin Perang Jawa (1825-1830).

Setelah ditangkap melalui tipu muslihat, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar, dan akhirnya ke Batavia.

Pada tahun 1834, VOC memutuskan untuk memindahkan Pangeran Diponegoro ke Ceylon. Di sana, sang pangeran wafat pada tahun 1855, jauh dari tanah air dan keluarga tercinta.

Ceylon: Tanah Pengasingan yang Penuh Derita

Pengasingan ke Ceylon merupakan hukuman yang berat bagi orang-orang pribumi. Mereka harus meninggalkan keluarga, tanah air, dan segala yang mereka cintai.

Perjalanan laut yang panjang dan penuh bahaya, ditambah dengan kondisi hidup yang keras di Ceylon, membuat banyak orang meninggal dalam perjalanan atau tak lama setelah tiba di pulau tersebut.

Bagi mereka yang berhasil bertahan hidup, kehidupan di Ceylon penuh dengan kesulitan. Mereka ditempatkan di kamp-kamp pengasingan yang terisolasi, jauh dari masyarakat Ceylon.

Kebebasan mereka dibatasi, dan mereka dipaksa untuk bekerja keras tanpa upah. Banyak yang meninggal karena penyakit, kelaparan, atau kekerasan.

Jejak Sejarah yang Terlupakan

Kisah pengasingan orang-orang pribumi ke Ceylon merupakan bagian dari sejarah kelam kolonialisme di Nusantara.

Sayangnya, kisah ini sering terlupakan atau diabaikan dalam catatan sejarah. Padahal, kisah ini penting untuk diingat sebagai pengingat akan penderitaan yang dialami oleh nenek moyang kita akibat penjajahan.