Find Us On Social Media :

VOC Jadikan Sri Lanka Tempat Pembuangan Orang Pribumi Hingga Raja Jawa

By Afif Khoirul M, Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:45 WIB

Ilustrasi - Amangkurat III Raja mataram yang berakhir di tangan VOC.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Sri Lanka, pulau yang dijuluki Mutiara Samudra Hindia, menyimpan keindahan alam yang memesona. Pantai-pantai berpasir putih, perkebunan teh yang menghijau, dan reruntuhan kuno yang megah menjadi daya tarik bagi para pelancong dari seluruh penjuru dunia.

Namun, di balik keindahannya, tersimpan sejarah kelam yang memilukan, sebuah kisah tentang penindasan dan pembuangan yang dilakukan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), kongsi dagang Belanda yang berkuasa di Nusantara pada abad ke-17 dan ke-18.

Sri Lanka, yang saat itu dikenal sebagai Ceylon, menjadi saksi bisu atas kekejaman VOC.

Pulau yang dulunya merupakan pusat perdagangan rempah-rempah ini, berubah menjadi tempat pembuangan bagi orang-orang pribumi yang dianggap membangkang oleh VOC.

Tak hanya rakyat jelata, bahkan para raja dan bangsawan Jawa pun tak luput dari pengasingan yang menyakitkan ini.

Gelombang Pengasingan yang Menghantam Nusantara

Pada masa kejayaannya, VOC tak segan menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaannya di Nusantara.

Pemberontakan-pemberontakan yang muncul dari berbagai daerah dihadapi dengan tangan besi.

Para pemimpin pemberontakan, baik dari kalangan rakyat biasa maupun bangsawan, ditangkap dan diasingkan ke tempat-tempat terpencil, termasuk Ceylon.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah pengasingan Sultan Ageng Tirtayasa, raja Banten yang gigih melawan VOC.

Setelah bertahun-tahun berjuang, Sultan Ageng akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Batavia. Namun, VOC khawatir pengaruh Sultan Ageng masih kuat di Batavia, sehingga ia dipindahkan ke Ceylon pada tahun 1683.