Awal Mula Perlawanan Pangeran Nuku dari Kerajaan Tidore

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Berikut ini penjelasan secara singkat perjuangan Nuku dari Kerajaan Tidore saat melawan penjajahan yang dilakukan VOC.
Berikut ini penjelasan secara singkat perjuangan Nuku dari Kerajaan Tidore saat melawan penjajahan yang dilakukan VOC.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com -Di ufuk timur Nusantara, di mana ombak memeluk pantai berpasir putih dan angin meniupkan aroma rempah-rempah yang harum, berdirilah Kerajaan Tidore, permata di tengah Maluku yang kaya.

Di bawah naungan langit biru yang cerah, kerajaan ini pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai, menghubungkan Timur dan Barat dalam jalinan sutra dan rempah-rempah.

Namun, kedamaian ini terusik oleh kedatangan kapal-kapal berbendera asing, membawa serta ambisi dan keserakahan yang tak terpuaskan.

Di tengah gejolak ini, lahirlah seorang pangeran yang ditakdirkan untuk menjadi nyala api perlawanan, Pangeran Nuku. Ia adalah putra mahkota Tidore, pewaris tahta dan harapan rakyatnya.

Sejak kecil, Nuku telah menunjukkan kecerdasan dan keberanian yang luar biasa. Ia belajar ilmu agama, strategi perang, dan diplomasi dari para ulama dan tetua kerajaan.

Ia juga gemar berlayar mengarungi lautan luas, menjelajahi pulau-pulau di sekitarnya, dan menjalin persahabatan dengan para pemimpin suku dan kerajaan lain.

Nuku tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan berwibawa, dicintai oleh rakyatnya dan disegani oleh musuh-musuhnya.

Ia memiliki visi untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di Maluku di bawah panji Tidore, menciptakan kekuatan yang mampu melawan penjajah Belanda yang semakin merajalela.

Namun, impiannya terhalang oleh intrik dan pengkhianatan di dalam istana sendiri.

Pada tahun 1779, Sultan Jamaluddin, ayah Nuku, ditangkap oleh Belanda atas tuduhan bersekongkol dengan Inggris.

Nuku yang saat itu masih berusia muda, dipaksa untuk menyaksikan ayahnya diasingkan ke Batavia, meninggalkan kerajaan dalam kekosongan kekuasaan.

Belanda memanfaatkan kesempatan ini untuk mencampuri urusan internal Tidore, mengangkat sultan boneka yang tunduk pada perintah mereka.

Nuku menolak untuk tunduk pada penjajah. Ia melihat bagaimana Belanda mengeksploitasi kekayaan alam Maluku, memaksa rakyatnya untuk bekerja sebagai budak di perkebunan cengkeh dan pala, dan menghancurkan budaya serta agama mereka.

Ia merasakan luka mendalam di hati rakyatnya, yang merindukan kebebasan dan martabat mereka.

Dengan semangat membara, Nuku memulai perlawanan yang akan mengguncang sendi-sendi kekuasaan Belanda di Maluku.

Ia meninggalkan istana dan menghimpun kekuatan dari berbagai penjuru. Ia menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain yang juga menderita di bawah penjajahan Belanda, seperti Ternate, Bacan, dan Seram.

Ia juga mendapat dukungan dari para pemimpin suku dan rakyat jelata yang siap berjuang demi kemerdekaan mereka.

Nuku memimpin pasukannya dengan keberanian dan strategi yang brilian. Ia melancarkan serangan gerilya terhadap pos-pos Belanda, mengganggu jalur perdagangan mereka, dan membebaskan daerah-daerah yang dikuasai mereka.

Ia juga membangun armada laut yang kuat, yang dikenal sebagai kora-kora, yang mampu mengimbangi kapal-kapal perang Belanda.

Perlawanan Nuku berlangsung selama puluhan tahun, penuh dengan pertempuran sengit, pengorbanan besar, dan kemenangan gemilang.

Ia menjadi simbol harapan bagi rakyat Maluku, yang melihatnya sebagai pahlawan yang akan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan. Ia juga menjadi momok bagi Belanda, yang mengerahkan segala daya upaya untuk menghancurkannya.

Namun, Nuku tidak pernah menyerah. Ia terus berjuang dengan tekad yang tak tergoyahkan, bahkan ketika ia harus menghadapi pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, kehilangan anggota keluarganya, dan terluka parah dalam pertempuran.

Ia tetap teguh pada prinsipnya, bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, dan bahwa perjuangannya adalah suci dan mulia.

Pada tahun 1797, setelah bertahun-tahun berjuang, Nuku akhirnya berhasil merebut kembali tahta Tidore dari tangan Belanda. Ia dinobatkan sebagai Sultan Tidore dengan dukungan penuh dari rakyatnya.

Ia memerintah dengan bijaksana dan adil, memulihkan kejayaan Tidore sebagai pusat perdagangan dan budaya di Maluku. Ia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, memperkuat persatuan melawan penjajah.

Perlawanan Pangeran Nuku dari Tidore adalah kisah epik tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air.

Ia adalah teladan bagi generasi penerus bangsa, yang harus selalu menjaga semangat perjuangan para pahlawan yang telah memerdekakan Indonesia. Ia adalah nyala api kemerdekaan yang tak pernah padam, menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait