Find Us On Social Media :

Hari-hari Mendebarkan Sekitar Hari Pahlawan 10 November 1945 di Surabaya

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 8 Oktober 2024 | 09:11 WIB

Puncak Pertempuran Surabaya memang terjadi pada 10 November 1945 (nama lain: Pertempuran 10 November 1945). Tapi percik-perciknya sudah muncul sejak pertengahan September.

28 Oktober 1945

Drg. Mustopo, komandan Markas Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat) memberitakan perundingan dengan pihak Inggris gagal. Inggris tetap menuntut perlucutan senjata rakyat. Inggris juga menguasai beberapa tempat-tempat penting. TKR mengundurkan diri ke luar kota dengan tekad mempertahankan Surabaya. Pertempuran mulai meletus.

30 Oktober 1945

Perundingan antara Presiden Sukarno dengan Jendral Hawthorn, panglima pasukan Inggris di Pulau Jawa menghasilkan gencatan senjata dan pembentukan Contact Bureau (Badan Kontak) yang bertugas menerangkan gencatan senjata pada rakyat.

Sore itu juga Presiden Sukarno dan Jendral Hawthorn kembali ke Jakarta sedang Badan Kontak mendatangi tempat-tempat di mana pertempuran masih berkobar. Rombongan Badan Kontak yang antara lain terdiri dari Brigjen Mallaby, menuju gedung Internatio di Jembatan Merah.

Pasukan Inggris yang menguasai gedung tetap tak mengindahkan gencatan senjata. Seorang wakil Indonesia, Mochammad dan wakil Inggris Kapten Shaw masuk ke gedung untuk menghentikan serangan pasukan Inggris. Sementara itu iring-iringan meneruskan perjalanan ke Surabaya bagian timur

Jam 17.50, iring-iringan Badan Kontak meninggalkan gedung Internatio. Tiba-tiba pertempuran di gedung International meletus lebih dahsyat di kegelapan malam. Di tengah pertempuran anggota Badan Kontak menyebar mencari perlindungan.

Rombongan sama sekali tak bisa berhubungan dengan luar juga dengan Radio Pemberontakan. Seluruh rombongan kaget mendengar berita kematian Mallaby yang hangus bersama mobilnya. Tak seorang pun tahu siapa yang menembak dan membakar mobil, seperti tak seorang pun tahu pihak mana yang mendahului menyerang.

31 Oktober 1945

Inggris mengumumkan kematian Mallaby dan menyebut peristiwa itu dengan “a new turn to the situation in Java” alias kejadian yang membawa perubahan di Pulau Jawa.

Jenderal Christison selaku Panglima Tentara Sekutu di Asia Tenggara mengirim ultimatum agar pemerintahan di Surabaya diserahkan pada Inggris, dia juga menyatakan tidak bertanggung jawab atas keamanan Surabaya.