Find Us On Social Media :

Siapakah Penembak Brigjen Mallaby yang Sebabkan Meletusnya Pertempuran 10 November 1945?

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 7 Oktober 2024 | 13:31 WIB

Masih menjadi pertanyaan, siapa sebenarnya yang menembak Brigjen Mallaby di mana temasnya memicu Pertempuran 10 November 1945 Surabaya.

Pemerintah pusat RI di Jakarta yang sedang menempuh garis politik luar negeri mencari simpati dan pengakuan dunia internasional berpesan pada pemerintah daerah di Surabaya, agar membuka tangan menerima kedatangan pasukan Sekutu tersebut.

Namun, rakyat Surabaya yang melihat adanya unsur NICA (embrio pemerintah kolonial Belanda) dalam kesatuan Inggris itu, mencurigai pasukan Inggris sebagai pembantu Belanda mengembalikan penjajahan baru di Indonesia.

Suasana Surabaya menjadi eksplosif, ketika pada tanggal 27 Oktober 1945, sebuah pesawat Dakota Inggris dari Jakarta menyebarkan surat selebaran di atas Kota Surabaya, berisi perintah dan ancaman, agar rakyat Indonesia menyerahkan senjata mereka kepada Inggris.

Esoknya pecah pertempuran yang dahsyat. Dalam pertempuran ini nyaris Brigade Mallaby hancur, bila tak tertolong oleh gencatan senjata.

Atas desakan pucuk pimpinan tentara Sekutu di Indonesia, pada tanggal 29 Oktober 1945, Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifudin, terbang ke Surabaya. Malamnya, melalui radio, Presiden Soekarno berseru kepada rakyat Surabaya agar mereka menghentikan pertempuran.

Esoknya, 30 Oktober, sebuah persetujuan berhasil dirumuskan oleh Presiden Soekarno bersama Jenderal Hawthorn dari tentara Inggris. Isi terpenting persetujuan antara lain, pihak Inggris mengakui TKR dan membatalkan isi surat selebaran mereka. Di samping itu tentara Inggris akan ditarik dari sejumlah posisi dan dipusatkan di kamp tawanan Jl. Darmo dan Tanjung Perak.

Dibentuk Kontak Biro

Sebagai pengawas gencatan senjata dibentuklah Kontak Biro. Dari pihak Indonesia anggotanya antara lain: Residen Soedirman, Doel Arnowo (Ketua Komite Nasional Indonesia), Roeslan Abdulgani (Sekretaris KNI), Mohammad (TKR), Sungkono (TKR) dan T.D. Kundan (penerjemah). Sedang dari pihak Inggris anggotanya antara lain: Brigjen Mallaby, Kolonel L.H.O. Pugh dan Kapten H. Shaw.

Karena sulitnya komunikasi, pelaksanaan gencatan senjata belum merata. Di beberapa bagian kota tembak-menembak masih terjadi. Setelah persetujuan ditandatangani dan rombongan presiden kembali ke Jakarta, anggota Kontak Biro melanjutkan rapat. Pada akhir rapat diputuskan, para anggota Kontak Biro akan bersama-sama meninjau ke lokasi yang masih terjadi pertempuran.

Sekitar pukul 17.00 rombongan Kontak Biro yang terdiri atas delapan mobil bergerak ke Gedung Lindeteves dan kemudian ke Gedung Internatio. Dalam perjalanan ini, di samping Kapten Shaw, Brigjen Mallaby didampingi oleh dua orang perwira muda. Kapten R C. Smith dan Kapten T.L. Laughland.

Gedung Internatio adalah sebuah bank, yang waktu itu diduduki oleh kesatuan Inggris Kompi Mahrattas 6 pimpinan Mayor K. Venu Gopal. Gedung itu dikepung oleh sekitar lima ratus pemuda Indonesia bersenjata.

Ketika rombongan Kontak Biro tiba di halaman gedung tersebut, massa pemuda segera mengerumuni mobil para anggota Kontak Biro. Doel Arnowo, tokoh pergerakan yang berpengaruh di Surabaya, segera berdiri di atas kap mobil, untuk membujuk para pemuda agar menghentikan pertempuran.