Find Us On Social Media :

Penyebab Berhentinya Perlawanan pada Perang Jawa

By Afif Khoirul M, Sabtu, 5 Oktober 2024 | 12:10 WIB

Ilustrasi - Perang Jawa

Jenderal de Kock, panglima perang Belanda yang licik, menerapkan strategi Benteng Stelsel untuk mematahkan perlawanan Diponegoro.

Strategi ini bagai jaring laba-laba yang menjerat pasukan Diponegoro, membatasi ruang gerak mereka, dan memutuskan jalur logistik.

Benteng-benteng dibangun di berbagai titik strategis, mengisolasi kantong-kantong perlawanan dan menyulitkan komunikasi antar pasukan.

Ibarat ikan yang terjebak dalam jala, pasukan Diponegoro semakin terdesak. Persediaan makanan menipis, amunisi berkurang, dan semangat juang mulai melemah.

Benteng Stelsel menjadi belenggu yang mencekik perlahan, merampas kekuatan dan harapan pasukan Diponegoro.

Pengkhianatan dan Tipu Daya: Luka di Antara Saudara

erang Jawa tak hanya menjadi ajang pertempuran fisik, namun juga medan pertempuran batin. Pengkhianatan dan tipu daya menjadi senjata mematikan yang menghancurkan persatuan dan solidaritas.

Pangeran Mangkubumi, adik Diponegoro sendiri, memilih menyerah kepada Belanda demi ambisi pribadi. Keputusan ini bagai petir di siang bolong, mengguncang moral pasukan dan melemahkan kekuatan perlawanan.

Tak hanya itu, Belanda juga menggunakan taktik licik untuk memecah belah pasukan Diponegoro. Janji-janji manis dan iming-iming hadiah disebarkan untuk membujuk para pemimpin perlawanan agar menyerah.

Beberapa termakan bujuk rayu, meninggalkan Diponegoro dan melemahkan barisan perjuangan. Pengkhianatan ini bagai luka menganga di antara saudara, meninggalkan kepedihan yang mendalam dan mengikis semangat perlawanan.

Perundingan Magelang: Jebakan di Balik Kedok Perdamaian

Pada tahun 1830, Belanda menawarkan perundingan damai kepada Diponegoro. Ajakan ini bagai secercah harapan di tengah kegelapan, menjanjikan akhir dari pertumpahan darah dan penderitaan.