Ia adalah cermin yang memantulkan wajah dunia, dengan segala keindahan dan kebobrokannya, dengan segala kejayaan dan kehancurannya.
Dalam pusaran waktu, sejarah mencatat peristiwa-peristiwa penting yang mengubah jalannya takdir, mengukir luka mendalam, sekaligus menaburkan benih-benih harapan.
Salah satu peristiwa monumental yang terukir dalam lembaran sejarah adalah pecahnya Perang Dunia II di Eropa, sebuah tragedi kemanusiaan yang bermula dari ambisi dan dendam yang membara.
Jerman, di bawah kepemimpinan Adolf Hitler, melancarkan serangan kilat ke Polandia pada tanggal 1 September 1939, menandai dimulainya babak baru dalam sejarah dunia yang diwarnai dengan pertumpahan darah, kekejaman, dan penderitaan yang tak terperi.
Agresi Jerman terhadap Polandia bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan klimaks dari serangkaian peristiwa yang telah lama membayangi benua Eropa.
Benih-benih konflik telah ditaburkan sejak berakhirnya Perang Dunia I, ketika Perjanjian Versailles yang dirancang untuk menciptakan perdamaian abadi justru menanam bibit-bibit permusuhan dan dendam di hati bangsa Jerman.
Perjanjian tersebut, yang dianggap merugikan dan menghina Jerman, memicu tumbuhnya nasionalisme ekstrem dan keinginan untuk membalas dendam.
Di tengah gejolak sosial dan ekonomi yang melanda Jerman pasca Perang Dunia I, muncul sosok Adolf Hitler, seorang pemimpin karismatik yang menawarkan solusi bagi permasalahan bangsa Jerman.
Hitler, dengan ideologi Nazi-nya, mengobarkan semangat nasionalisme dan menjanjikan kejayaan bagi Jerman. Ia menghasut rakyat Jerman dengan retorika kebencian terhadap kaum Yahudi dan bangsa-bangsa lain yang dianggap sebagai penghalang bagi kebangkitan Jerman.
Ambisi Hitler untuk menguasai Eropa semakin tak terbendung. Ia membangun kekuatan militer Jerman, melanggar ketentuan Perjanjian Versailles, dan melakukan aneksasi terhadap Austria dan Cekoslowakia.
Dunia internasional hanya bisa menyaksikan dengan cemas, berharap Hitler akan puas dengan pencapaiannya dan tidak memicu perang besar.
Namun, harapan itu pupus ketika pasukan Jerman menyerbu Polandia, menghancurkan harapan akan perdamaian dan menjerumuskan dunia ke dalam jurang peperangan yang mengerikan.
Serangan Jerman ke Polandia merupakan titik balik dalam sejarah dunia. Ia menandai dimulainya Perang Dunia II, sebuah konflik global yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar dunia dan menelan korban jiwa puluhan juta orang.
Perang ini tidak hanya mempertaruhkan nasib bangsa-bangsa, tetapi juga menguji nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban.
Sifat Sejarah yang Tercermin dalam Perang Dunia II
Peristiwa pecahnya Perang Dunia II di Eropa akibat serangan Jerman ke Polandia mencerminkan beberapa sifat sejarah yang penting:
Sejarah bersifat subjektif. Peristiwa sejarah tidak pernah bisa dilihat secara objektif, karena setiap individu dan kelompok memiliki perspektif dan kepentingan masing-masing.
Dalam kasus Perang Dunia II, setiap negara yang terlibat memiliki narasi dan interpretasi sendiri tentang penyebab dan jalannya perang.
Jerman, misalnya, membenarkan agresinya terhadap Polandia dengan dalih melindungi etnis Jerman di Polandia dan menuntut pengembalian wilayah yang hilang akibat Perjanjian Versailles. Di sisi lain, Polandia dan sekutunya memandang tindakan Jerman sebagai agresi yang tidak beralasan dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara.
1. Sejarah bersifat dinamis. Sejarah bukanlah kumpulan fakta mati yang statis, melainkan proses yang terus bergerak dan berkembang. Interpretasi dan pemahaman tentang peristiwa sejarah dapat berubah seiring waktu, dipengaruhi oleh penemuan-penemuan baru, perubahan perspektif, dan dinamika sosial politik.
Contohnya, pandangan terhadap Perang Dunia II terus berkembang seiring dengan terungkapnya dokumen-dokumen rahasia, kesaksian para pelaku sejarah, dan penelitian-penelitian baru.
2. Sejarah bersifat kompleks. Peristiwa sejarah jarang terjadi karena satu sebab tunggal, melainkan merupakan hasil dari jalinan berbagai faktor yang saling terkait.
Pecahnya Perang Dunia II, misalnya, tidak hanya disebabkan oleh ambisi Hitler, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam menjaga perdamaian, kebijakan appeasement yang diterapkan oleh Inggris dan Prancis, serta kondisi sosial ekonomi dunia pasca Perang Dunia I.
3. Sejarah bersifat relevan. Sejarah tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga memiliki relevansi bagi masa kini dan masa depan. Dengan mempelajari sejarah, kita dapat belajar dari kesalahan masa lalu, memahami akar permasalahan yang dihadapi saat ini, dan mengambil hikmah untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Peristiwa Perang Dunia II, misalnya, mengajarkan kita tentang bahaya nasionalisme ekstrem, pentingnya diplomasi dan kerjasama internasional, serta perlunya menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
4. Sejarah bersifat tragis. Sejarah sering kali diwarnai dengan tragedi, konflik, dan penderitaan. Perang Dunia II adalah salah satu contoh nyata dari sisi gelap sejarah manusia, yang menunjukkan betapa kejam dan destruktifnya manusia ketika didorong oleh ambisi, kebencian, dan ideologi yang sesat.
Peristiwa pecahnya Perang Dunia II di Eropa akibat serangan Jerman ke Polandia merupakan pengingat bagi kita akan kerapuhan perdamaian dan bahaya dari ambisi yang tak terkendali. Ia juga mengajarkan kita tentang pentingnya toleransi, kerjasama, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Sejarah, dengan segala kompleksitas dan dinamikanya, adalah guru yang bijaksana. Ia memberikan kita pelajaran berharga tentang kehidupan, tentang manusia, dan tentang dunia. Mari kita belajar dari sejarah, agar kita tidak mengulangi kesalahan masa lalu dan dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.
Sumber:
Beevor, Antony. The Second World War. London: Weidenfeld & Nicolson, 2012.
Gilbert, Martin. The Second World War: A Complete History. New York: Henry Holt and Company, 2004.
Hastings, Max. Inferno: The World at War, 1939-1945. New York: Knopf, 2011.
Kershaw, Ian. Hitler: A Biography. New York: W. W. Norton & Company, 2008.
Overy, Richard. The Origins of the Second World War. London: Longman, 1997.
Shirer, William L. The Rise and Fall of the Third Reich: A History of Nazi Germany. New York: Simon & Schuster, 1960.
Weinberg, Gerhard L. A World at Arms: A Global History of World War II. Cambridge: Cambridge University Press, 2005.
*