Find Us On Social Media :

Sifat Sejarah Jika Dilihat dari Kasus Pecahnya Perang Dunia II di Eropa Akibat Serangan Jerman ke Polandia

By Afif Khoirul M, Jumat, 4 Oktober 2024 | 08:50 WIB

Ilustrasi - Pada 1 September 1939 peristiwa Perang Dunia II dimulai.

Namun, harapan itu pupus ketika pasukan Jerman menyerbu Polandia, menghancurkan harapan akan perdamaian dan menjerumuskan dunia ke dalam jurang peperangan yang mengerikan.

Serangan Jerman ke Polandia merupakan titik balik dalam sejarah dunia. Ia menandai dimulainya Perang Dunia II, sebuah konflik global yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar dunia dan menelan korban jiwa puluhan juta orang.

Perang ini tidak hanya mempertaruhkan nasib bangsa-bangsa, tetapi juga menguji nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban.

Sifat Sejarah yang Tercermin dalam Perang Dunia II

Peristiwa pecahnya Perang Dunia II di Eropa akibat serangan Jerman ke Polandia mencerminkan beberapa sifat sejarah yang penting:

Sejarah bersifat subjektif. Peristiwa sejarah tidak pernah bisa dilihat secara objektif, karena setiap individu dan kelompok memiliki perspektif dan kepentingan masing-masing.

Dalam kasus Perang Dunia II, setiap negara yang terlibat memiliki narasi dan interpretasi sendiri tentang penyebab dan jalannya perang.

Jerman, misalnya, membenarkan agresinya terhadap Polandia dengan dalih melindungi etnis Jerman di Polandia dan menuntut pengembalian wilayah yang hilang akibat Perjanjian Versailles. Di sisi lain, Polandia dan sekutunya memandang tindakan Jerman sebagai agresi yang tidak beralasan dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara.

1. Sejarah bersifat dinamis. Sejarah bukanlah kumpulan fakta mati yang statis, melainkan proses yang terus bergerak dan berkembang. Interpretasi dan pemahaman tentang peristiwa sejarah dapat berubah seiring waktu, dipengaruhi oleh penemuan-penemuan baru, perubahan perspektif, dan dinamika sosial politik.

Contohnya, pandangan terhadap Perang Dunia II terus berkembang seiring dengan terungkapnya dokumen-dokumen rahasia, kesaksian para pelaku sejarah, dan penelitian-penelitian baru.

2. Sejarah bersifat kompleks. Peristiwa sejarah jarang terjadi karena satu sebab tunggal, melainkan merupakan hasil dari jalinan berbagai faktor yang saling terkait.

Pecahnya Perang Dunia II, misalnya, tidak hanya disebabkan oleh ambisi Hitler, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam menjaga perdamaian, kebijakan appeasement yang diterapkan oleh Inggris dan Prancis, serta kondisi sosial ekonomi dunia pasca Perang Dunia I.