Find Us On Social Media :

Kisah Ernawati Menghidupkan Kembali Batik Betawi, Nama Terinspirasi Sang Keponakan

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 2 Oktober 2024 | 11:43 WIB

Ernawati mengembangkan batik betawi seraci. Batik betawi sendiri sudah mulai dilupakan.

Dari situ saya semakin bersemangat untuk mempelajari batik. Lulus SMA, saya kemudian meneruskan sekolah fashion di Susan Budihardjo Semarang.

Selesai sekolah fashion tahun 2010, saya kemudian kembali ke Jakarta. Tante mendorong saya untuk mengembangkan batik Betawi. Lucu saja, kami ini kan berdarah Betawi, tetapi kenapa justru memiliki usaha batik Semarang?

Bulan Desember 2010 saya kemudian membuat sebuah workshop batik Betawi di rumah orangtua di kawasan Marunda, Jakarta Utara. Nama Seraci itu nama keponakan saya dan akhirnya dijadikan nama usaha kami sampai sekarang.

Apa saja yang Anda lakukan untuk mengembangkan usaha ini?

Kebetulan saya juga mendapat banyak dukungan dari teman-teman, sehingga saya semakin bersemangat dan termotivasi untuk meneruskan usaha batik Betawi ini. Di Marunda, saya juga membuka kesempatan bagi siapa saja untuk belajar membatik.

Di sini saya lihat banyak yang tidak menyelesaikan sekolah dan banyak juga yang menganggur. Dengan begitu, saya berharap dapat terus mengembangkan batik Betawi.

Awalnya saya syok juga, masih umur 20-an sudah disuruh membuka usaha dan mengajarkan orang untuk membatik. Tapi saya pikir ini tantangan buat saya. Dan ternyata lumayan, usaha ini semakin hari semakin terlihat perkembangannya.

Dari awalnya saya hanya dibantu lima orang pembatik, sekarang sudah berkembang menjadi 15 orang pembatik. Beruntung, saya juga mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah, sehingga hampir setiap tahun saya bisa mengikuti pameran di dalam maupun di luar negeri secara gratis. Dari situlah saya mulai menerima banyak pesanan.

Pamerannya ke mana saja?

Untuk luar negeri pernah ke Malaysia dua kali, Myanmar dan Tiongkok. Semuanya dibiayai oleh Pemda, dibantu oleh Pemda. Selain itu Pemda juga memberi pelatihan dan studi tur ke beberapa daerah seperti Yogyakarta.

Apa hambatan yang Anda temui saat mengembangkan usaha batik Betawi ini?