Find Us On Social Media :

Batik Biasa Saja Sudah Mahal, apalagi Batik Sutra yang Eksklusif

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 19 September 2024 | 14:44 WIB

Batik sutra tentu harganya jauh lebih mahal dibanding batik pada kain mori biasa. Prosesnya juga lebih ribet.

Mulai dan merancang, menenun sampai final dengan bentuk serta motif yang dikehendaki, Yusman memproduksinya sendiri. "Kalau mau dikatakan suatu kelebihan, itulah kelebihan kami," katanya Yusman dengan bangga tanpa maksud menyombongkan diri. Dengan demikian, orang tidak akan mungkin memperoleh motif karya Yusman di pasaran.

Melihat urut-urutan produksi di workshop Yusman, membatik pada kain sutra memang merupakan suatu pekerjaan panjang dan rumit.

Sebagai perusahaan yang juga sudah memanfaatkan kecanggihan komputer, Yusman juga tidak menyia-nyiakan perangkat canggih itu dalam mendesain. "Pokoknya, komputer sangat membantu memaksimalkan kreativitas, selain meringankan pekerjaan saya,” katanya ketika ditanya alasan penggunaan alat tersebut.

Apalagi setiap hari Yusman harus mencari motif baru. Dengan komputer-lah semua ini dilakukannya. Melalui layar monitor, Yusman atau Tinke, tinggal menyaksikan apakah itu sudah sesuai dengan daya imajinasi dan kreativitas yang mereka tuangkan.

Setelah desain baru itu selesai, tinggal 'ditembak' dengan film diapositif. Langkah selanjutnya, slide yang cocok diterawangkan ke layar sesuai ukuran yang diinginkan. Lalu dijiplak ke kertas pola.

Dibantu oleh istrinya yang psikolog dan berasal dari Medan itu, dalam beberapa tahun terakhir Yusman sudah menciptakan tidak kurang dari seratus lembar batik sutra yang pola dan warnanya berlainan.

Dalam soal motif dan warna, laki-laki yang senang berpakaian santai dengan celana panjang batik dan kaus oblong ini, memang tidak mau terpaku pada sesuatu yang tradisional saja. Dia berusaha memadukan sesuatu yang tradisional dengan hasil rancangannya sendiri, sehingga akan diperoleh sesuatu yang baru, selain melakukan modifikasi.

Tiap-tiap perancang biasanya memiliki ciri khas sendiri, sehingga sepintas saja orang sudah tahu karya siapa yang ada di hadapannya. Namun, tidak demikian dengan hasil karya Yusman.

"Karena variasi ciptaan saya terlalu luas sehingga kadang-kadang membingungkan orang. Tapi para pelanggan saya umumnya akan tahu bahwa itu suatu karya saya, meskipun motif dan warnanya sering berubah," katanya.

Kesulitan itu memang terlihat dari motif yang tergabung dalam hasil-hasil karyanya, karena di dalamnya bisa didapati motif tenun ikat, batik tradisional, jumputan, dan sebagainya.

Dari beberapa contoh yang diperlihatkan dan terpajang di ruang tamunya, pasangan ini tampaknya lebih senang memilih warna dan motif yang berhubungan dengan alam, seperti warna tanah dan motif daun-daunan serta hewan.

Soal warna juga, mereka tidak mau serampangan. Pasangan antropolog dan psikolog ini pernah meluangkan waktu untuk meneliti penggunaan beberapa pewarna alami, seperti tarum, misalnya.