Find Us On Social Media :

Batik Biasa Saja Sudah Mahal, apalagi Batik Sutra yang Eksklusif

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 19 September 2024 | 14:44 WIB

Batik sutra tentu harganya jauh lebih mahal dibanding batik pada kain mori biasa. Prosesnya juga lebih ribet.

Mengapa Yusman memilih Solo sebagai basis workshop-nya, ternyata ada alasannya. "Karena sejak kecil umumnya orang Solo sudah akrab dengan seni membatik. Jadi sudah memiliki keahlian. Mereka tinggal diberi pola dasar, kemudian sudah bisa jalan sendiri," katanya.

Yusman selalu memberi kebebasan kepada karyawannya untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam menciptakan goresan-goresan detail dan sebagainya, meskipun untuk pola keseluruhannya dia dan istrinya, Tinke, yang menciptakannya.

Dalam penampilan Yusman memang terlihat santai, tetapi tidak demikian dalam bekerja. "Kami mempunyai standar kualitas dan akan selalu berusaha meningkatkannya," kata Tinke Rafiadi Lubis, yang menjadi tangan kanan suaminya dalam soal pemantauan kualitas.

Bagaimana Yusman berkenalan dengan tenun dan batik?

Antropolog lulusan UGM ini sudah sejak tahun 70-an, tepatnya tahun 1973, menyusun rencana. Tahun 1974 ia melakukan penelitian ke beberapa tempat di Indonesia yang terkenal karena hasil tenunnya, seperti Makassar, Palembang, Bali, Singkawang, dan Tuban.

Bersama rekannya, Baron Manansang, dia membuat lurik dan tenun ikat sutra. Setelah itu mereka mulai melakukan modifikasi.

Dalam soal membatik, secara jujur Yusman mengakui bahwa dia tidak memiliki pendidikan formal. Karena niat dan keseriusanlah dia berhasil.

Dibantu komputer

Keseriusan Yusman dan istrinya dalam menangani bisnisnya itu terlihat dan jumlah karyawannya yang mencapai lebih dari seratus orang. Mereka terdiri antara lain atas para pemintal sutera mentah menjadi benang, penyepuh benang, dan pembatik.

"Dalam berproduksi Yusman berusaha menggunakan bahan sutra produksi dalam negeri, antara lain dari Pati (Jateng), Sukabumi (Jabar), dan Ujungpandang. "Hanya 10% saja bahan yang masih diimpor dari Cina, yaitu benang yang belum bisa diperoleh di sini,” katanya.

Kalaupun ada yang berani melakukan investasi untuk memproduksi benang jenis itu, pasti akan mahal. Benang itu dimanfaatkan Yusman hanya untuk struktur tertentu saja.

Menurut Yusman, biasanya orang memproduksi batik sutra dari sutra yang sudah jadi, bisa dari sutra Thailand, Cina, maupun beberapa negara Eropa yang terkenal karena kehalusan sutranya. Tapi hal ini tidak dilakukan Yusman.