Find Us On Social Media :

Pierre Tendean, Letnan Tampan Rebutan Para Jenderal untuk Jadi Ajudan

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 18 September 2024 | 14:07 WIB

Pierre Tendean jadi rebutan para jenderal untuk menjadi ajudan mereka. Tapi Jenderal Nasution yang mendapatkannya. Masa depannya cerah, tapi Gerakan 30 September menghancurkannya.

Namun lamunannya buyar mendengar suara-suara tembakan. Pierre langsung mengambil jaket dan senjatanya. Hamdan juga bersiap. Ketika itulah Yanti dan Alfiah datang.

"Om Pierre."

Pierre menarik Yanti masuk. Dia sendiri melangkah ke luar, diiringkan Hamdan. Ketika Yanti dan Alfiah mengikuti, Pierre berkata lirih. "Kalian berdua di sini saja.”

Begitu melangkah ke luar, lima orang dari gerombolan langsung maju menerkam dengan todongan senjata. Suara mereka serak sekali: "Jangan bergerak. Letakkan senjata."

Pierre tertegun. Dia telah dikepung rapat. Semua tempat telah tertutup. "Mana Nasution?"

Menyadari situasi yang sudah kelewat gawat, Pierre, sebagai prajurit sejati mengambil inisiatif. "Saya Nasution."

Beberapa orang merampas senjatanya. Dan mendorongnya maju. Pierre hanya berharap satu: kalau gerombolan ini mau menangkap Pak Nas, dan sekarang merasa telah menangkap, pasti pengejaran tak diteruskan!

Namun Pierre juga menyadari bahwa tembakan yang gencar dan terus-menerus menipiskan harapannya. Tak ada satu petak tanah pun yang lolos dari penjagaan.

Adegan di Lubang Buaya

Setelah diculik, Pierre dibawa ke Lubang Buaya, dan mengalami penyiksaan di sini. Tubuhnya diikat ke tiang sebuah rumah kosong. Sekelilingnya penuh dengan manusia yang telah berubah menjadi binatang karena kebuasannya.

Bersama dengan Pierre adalah Jendral Suprapto, Jendral Sutoyo, dan Jendral S. Parman menghadapi penyiksaan kejam.

Semua berlangsung di depan Pierre yang diikat ke tiang, setelah, penutup matanya dibuka. Di bawah lampu petromak kebiadaban itu terjadi. Pierre merasakan sodokan di ulu hatinya lebih pedih. Apa yang dilihat secara samar-samar lebih menyakitkan dari siksaan yang diterimanya.