Find Us On Social Media :

Pierre Tendean, Letnan Tampan Rebutan Para Jenderal untuk Jadi Ajudan

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 18 September 2024 | 14:07 WIB

Pierre Tendean jadi rebutan para jenderal untuk menjadi ajudan mereka. Tapi Jenderal Nasution yang mendapatkannya. Masa depannya cerah, tapi Gerakan 30 September menghancurkannya.

Malam dini selepas tanggal 30 September 1965, Letnan Pierre Tendean berada di paviliunnya. Yanti, putri sulung Pak Nas, meloncat dari jendela. Lari ke arahnya ketika gerombolan mengobral senjata. Padahal sebelumnya, suasana sangat akrab. Lengkap dengan harapan-harapan.

Begini, kira-kira yang digambarkan dalam film yang disutradarai Arifin C Noer:

Ajudan Pak Nas, Pierre Tendean, yang gagah dan tampan ini sudah seperti anggota sendiri. Bagian dari keluarga Pak Nas. Pierre paling sering bermain dengan Ade Irma Nasution dan Yanti. Paling sering juga direcoki. Apalagi akhir-akhir ini Yanti sering menemukan surat dari Medan.

Pierre tak bisa mengelak lagi, tak bisa menghindar lagi. Satu-satunya senjata yang digunakan agar tak terus-menerus diganggu adalah … memberikan permen coklat. Baik kepada Ade maupun kepada Yanti.

Yanti memang paling bisa memojokkan Pierre. Seperti sore itu ketika masuk kamar Pierre dan melihat Pierre tengah duduk membaca surat, Yanti terkikik. Pierre menjadi jengah. "Om Pierre bisa baca dalam gelap ya?"

Pierre hanya bisa menghentikan membaca surat, menekuk dan menghela napas.

"Bukan baca surat. Lagi berdoa," kata Ade polos.

"Tidak ada, Om lagi baca surat," Pierre tak bisa berdusta kepada Ade.

"Dari Medan tuh, De .... biasa."

Pierre menggeleng.

"Sudah, sudah. Om Pierre baca surat dulu. Ini belum selesai. Anak-anak tutup mulut."

"Yang untuk nutup mana?"