Intisari-Online.com -Pierre Tendean merupakan salah satu dari 7 korbanGerakan 30 September (G30S/PKI).
Pada saat kejadian, Pierre Tendeanmerupakanajudan Jenderal A.H Nasution, yang seharusnya menjadi salah satu target PKI.
Namun justrusatu perwira pertamamiliter Indonesia berusia 26 tahun itu yang menjadi korbanG30S/PKI.
Padahal prajurit bernama lengkapPierre Andreas Tendean ini ditaksir punya masa depan yang baik.
Apalagi dia sering kali terlibat dalam berbagai misi.
Misalnya sebuah melakukan aksi infiltrasi atau misipenyusupan ke Malaysia.
Bagaimana kisahnya?
Mengutip daribuku Ensiklopedia Pahlawan Nasionaldan buku biografi resmi "Pierre Tendean Sang Patriot, Kisah Seorang Pahlawan Revolusi",Pierre Tendean pernah menjabat sebagaiPeleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan pada tahun 1962.
Saat itulah, dia ikutdia ikutmisipenyusupan ke Malaysia yang menjadioperasi Dwikora (Dwi Komando Rakyat).
Oprasi Dwikora sendiri ialahkomando Presiden Soekarno yang dilakukan sebagai respons atas rencana pembentukan Federasi Malaysia.
Di mana ada 1960-an, Federasi Malaya ingin menggabungkan wilayah Singapura, Brunei, Serawak, Malaya dan Sabah ke dalam wilayahnya, yang didukung oleh Inggris.
Nah,Pierre Tendean ikut terlibat sebagai mata-mata. Dan misiini berlangsung selama satu tahun lamanya.
Selama itu,Pierre Tendeansebanyak 3 kaliberhasil menyusup ke daratan Malaysia.
Salah satunya ketikamenyamar sebagaituris dan berbelanja di toko-toko.
Untuk memperkuat penyamarannya, diamembelibanyak barang.
Misalnya jam tangan, rokok merk Commodore untuk ayahnya, hinggapakaiandan aksesoris impor untuk ibunya dansaudara-saudara perempuan.
Hingga saat ini, semua barang yang dibeliPierre masih dipegang oleh Mitzi, kakak kandungnya.
Beberapa pakaiandanaksesoris yang pernah diberikan Pierre di antaranya jaket merah yang modelnya sama dengan Pierre. Tapi punya Pierre berwarna biru.
Ada juga ikat pinggang.
"Jaket biru inilah pakaian terakhir yang melekat di badan Pierre saat ia diculik pada dini hari, 1 Oktober 1965,"ucap Abie Bisman atau Bung Sam, penulis dan editor buku Piere Tendean.
Kini,Pierre Tendean menjadi salah satu Pahlawan Revolusi.
Dan dia pundimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Baca Juga: Pengakuan Soeharto Saat Ditanya 'Bagaimana Anda Bisa Lolos dari PembantaianG30S/PKI?'