Find Us On Social Media :

Kebijakan VOC Menebang Kelebihan Jumlah Tanaman agar Produksinya Tidak Berlebihan Sehingga Harga Tetap Dapat Dipertahankan Lazim

By Afif Khoirul M, Rabu, 18 September 2024 | 12:15 WIB

VOC membangun kantornya di Nusantara.

Kebijakan ekstirpasi dilakukan oleh VOC dengan cara-cara yang sangat brutal dan tidak manusiawi. VOC mengirim pasukannya untuk menyisir pulau-pulau di Maluku dan mencari kebun-kebun rempah-rempah yang ilegal.

VOC kemudian menebang atau membakar pohon-pohon rempah-rempah tersebut tanpa memberikan ganti rugi kepada pemiliknya. VOC juga menghukum berat para petani yang melanggar aturan VOC, seperti dengan mencambuk, memenjarakan, atau bahkan membunuh mereka.

Kebijakan ekstirpasi menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi rakyat Maluku. Rakyat Maluku kehilangan sumber penghasilan utama mereka dan jatuh miskin.

Mereka juga mengalami kelaparan, penyakit, dan kematian akibat kekurangan gizi dan sanitasi yang buruk. Mereka juga mengalami tekanan psikologis akibat kekerasan dan intimidasi dari VOC.

Kebijakan ekstirpasi juga menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan Maluku. Penebangan pohon-pohon rempah-rempah secara besar-besaran menyebabkan kerusakan hutan, erosi tanah, banjir, dan kekeringan. Maluku yang dulu hijau dan subur berubah menjadi gersang dan tandus.

Perlawanan Rakyat Maluku: Semangat yang Tak Pernah Padam

Rakyat Maluku tidak tinggal diam menghadapi kebijakan ekstirpasi yang menindas mereka. Mereka melakukan berbagai bentuk perlawanan terhadap VOC, baik secara terbuka maupun secara diam-diam.

Salah satu bentuk perlawanan terbuka adalah pemberontakan. Rakyat Maluku beberapa kali melakukan pemberontakan bersenjata melawan VOC, seperti Pemberontakan Trunajaya (1674-1680), Pemberontakan Pattimura (1817), dan Pemberontakan Kapitan Jonker (1817).

Pemberontakan-pemberontakan ini dipimpin oleh para raja, bangsawan, atau tokoh agama yang merasa hak dan martabat mereka direndahkan oleh VOC. Pemberontakan-pemberontakan ini juga didukung oleh rakyat biasa yang merasa tertindas oleh kebijakan VOC.

Pemberontakan-pemberontakan ini berlangsung dengan sengit dan berdarah. Rakyat Maluku menggunakan senjata tradisional, seperti parang, tombak, panah, dan sumpit, untuk melawan senjata modern VOC, seperti senapan, meriam, dan kapal perang.

Rakyat Maluku juga menggunakan taktik gerilya, seperti penyergapan, sabotase, dan perangkap, untuk mengimbangi kekuatan VOC yang lebih besar.

Namun, pemberontakan-pemberontakan ini akhirnya gagal ditumpas oleh VOC. VOC menggunakan kekerasan yang lebih besar untuk memadamkan perlawanan rakyat Maluku.