Find Us On Social Media :

Kebijakan VOC Menebang Kelebihan Jumlah Tanaman agar Produksinya Tidak Berlebihan Sehingga Harga Tetap Dapat Dipertahankan Lazim

By Afif Khoirul M, Rabu, 18 September 2024 | 12:15 WIB

VOC membangun kantornya di Nusantara.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit rempah-rempah yang harum, di antara pulau-pulau zamrud yang subur, sebuah kisah kelam terukir dalam sejarah Nusantara.

Bukan kisah heroisme atau perjuangan melawan penjajah, melainkan kisah getir tentang monopoli, keserakahan, dan eksploitasi yang dilakukan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), kongsi dagang Belanda yang berkuasa di Hindia Timur pada abad ke-17 dan 18.

Salah satu kebijakan VOC yang paling kontroversial dan merugikan rakyat adalah ekstirpasi, yaitu penebangan atau pemusnahan tanaman rempah-rempah yang melebihi kuota yang ditetapkan oleh VOC.

Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga harga rempah-rempah tetap tinggi di pasar Eropa, sehingga VOC bisa meraup keuntungan yang besar.

Namun, kebijakan ini juga menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi petani dan perekonomian pribumi.

Rempah-Rempah: Harta Karun Nusantara yang Memikat Dunia

Rempah-rempah, seperti pala, cengkeh, lada, dan kayu manis, adalah komoditas yang sangat berharga pada masa itu. Rempah-rempah tidak hanya digunakan sebagai bumbu masakan, tetapi juga sebagai obat-obatan, parfum, pengawet, dan bahkan simbol status sosial.

Eropa, yang saat itu sedang mengalami Zaman Kegelapan, sangat bergantung pada pasokan rempah-rempah dari Asia, terutama dari Nusantara.

Nusantara, dengan iklim tropis dan tanah vulkaniknya yang subur, adalah penghasil rempah-rempah terbesar dan terbaik di dunia.

Pala dan cengkeh hanya tumbuh di Maluku, yang dijuluki sebagai “Kepulauan Rempah-Rempah”. Lada tumbuh di Sumatra dan Jawa. Kayu manis tumbuh di Ceylon (Sri Lanka).