Penulis
Artikel ini tentangsejarah Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir umat Islam. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Senin, 16 September 2024, umat Islam di seluruh dunia akan memperingati hari lahirnya manusia paling mulia dalam khasanah Islam. Inilah sejarah Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir umat Islam.
Mengutip Kompas.com, Nabi Muhammad lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 52 tahun sebelum Hijriah (571 Masehi). Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk menuntun umat di dunia.
Hari kelahiran Sang Nabi atau yang biasa dikenal sebagai Maulid Nabidiperingati oleh umat Islam di Indonesia dengan beragam tradisi dan perayaan. Perayaan maulid Nabi bertujuan untuk mengingat kembali sejarah Nabi Muhammad dan meneladani akhlak mulia Rasulullah. Berikut ini kisah kelahiran Nabi Muhammad.
Baca Juga: Terinspirasi Hijrah Nabi Muhammad, Ternyata Ini Alasan Tradisi Mubeng Beteng Maujud
Ada beberapa pendapat terkait tanggal, bulan, dan tahun lahir Nabi Muhammad. Pendapat yang paling populer dan banyak diyakini, Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena peristiwa kelahiran Nabi Muhammad bertepatan dengan serangan tentara bergajah pimpinan Raja Abraha yang hendak menghancurkan Kakbah di Mekkah.
Dalam kalender Masehi, Nabi Muhammad lahir pada hari Senin tanggal 22 April 571 Masehi. Nabi Muhammad merupakan keturunan Bani Hasyim, salah satu klan dalam Suku Quraisy yang dihormati. Nabi Muhammad adalah putra Abdullah bin Abdul Muthatlib dan Aminah binti Wahb.
Jika dihitung mundur sembilan bulan dar kelahiran Nabi Muhammad, Siti Aminah mulai mengandung pada bulan Rajab. Sebagaimana dilansir NU Online, dalam kitab Anwarul Muhammadiyah yang ditulis oleh Syekh Yusuf bin Ismail An Nabhani, dijelaskan bahwa Allah SWT menitipkan ruh Nabi Muhammad dalam kandungan Siti Aminah pada malam Jumat di bulan Rajab.
Pada usia kandungan enam bulan, Abdullah wafat karena sakit dalam perjalanan dagangnya ke Syam (Suriah). Menjelang lahirnya Nabi Muhammad, diriwayatkan bahwa cahaya memenuhi rumah Siti Aminah. Siti Aminah menangis karena tidak ada orang yang menemani dirinya dan membantunya melahirkan.
Ketika itu kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib, tengah bermunajat di Kakbah, sehingga Aminah sendirian di rumah. Tiba-tiba saja, di hadapannya muncul empat orang wanita. Dikisahkan dalam kitab An Ni’matul Kubra ‘Alal Alam karya Syihabuddin Ahmad bin Hajar Haitami, empat perempuan tersebut berparas cantik, anggun, dan harum.
Saat Aminah bertanya, mereka memperkenalkan diri sebagai Siti Hawa (istri Nabi Adam), Siti Sarah (istri Nabi Ibrahim), Siti Maryam (ibunda Nabi Isa), dan Asiyah binti Muzahim. Keempat wanita yang diutus oleh Allah SWT tersebut juga mengucapkan selamat kepada Aminah karena beruntung telah mengandung Muhammad.
Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal, sebagai anak yatim. Sesaat setelah Rasulullah lahir, Abdul Muthalib membawanya tawaf keliling Kabah sebagai tanda syukur kepada Allah. Abdul Muthalib pula yang memberinya nama Muhammad, yang berarti orang yang terpuji.
Setelah Rasulullah lahir, sang ibu tidak menyusuinya hingga selesai. Sesuai tradisi Arab zaman dulu, persusuan bayi harus diserahkan kepada murdi'at atau para perempuan yang menyusui bayi. Nabi Muhammad pernah disusukan kepada Tsuwaibah Al Islamiyah dan Halimah Sa'diyah. Ketika Rasulullah berusia enam tahun, sang ibu meninggal dunia.
Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya dan Ummu Aiman, budak ayahnya disebut sebagai ibu setelah ibunya oleh Rasulullah. Sayangnya, Abdul Muthalib hanya bisa merawat Nabi Muhammad selama dua tahun, hingga tutup usia pada tahun 578. Setelah itu, Rasulullah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, hingga dewasa.
Itulah artikel tentangsejarah Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir umat Islam. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.
Baca Juga: Sejarah Awal Tahun Hijriyah, Hulunya Tekanan Kepada Nabi Muhammad Saat Berdakwah Di Mekkah