Find Us On Social Media :

Kesederhanaan Atlet PON di Solo 1948 Tidur Beralaskan Jerami

By Afif Khoirul M, Jumat, 13 September 2024 | 19:30 WIB

Rombongan Bung Karno tiba di Stadion Sriwedari saat pembukaan PON I di Solo pada September 1948.

Tak ada keluhan atau protes yang terdengar. Semangat juang dan rasa cinta tanah air telah membakar jiwa mereka. Mereka tahu, perjuangan mereka di arena olahraga adalah cerminan perjuangan bangsa yang baru saja lepas dari belenggu penjajahan.

Keterbatasan dan ketidaknyamanan tak mampu memadamkan api semangat yang berkobar di dada mereka.

Kwik Ing Djie: Sang Perenang Legendaris yang Rela Berkorban

Salah satu atlet yang turut merasakan kerasnya kehidupan di barak jerami adalah Kwik Ing Djie, perenang legendaris yang telah mengharumkan nama Indonesia di berbagai kejuaraan internasional.

Meski terbiasa dengan kenyamanan dan kemewahan, ia tak ragu untuk tidur beralaskan jerami demi membela tanah airnya.

Kisah Kwik Ing Djie menjadi inspirasi bagi banyak atlet lainnya. Ia membuktikan bahwa semangat olahraga sejati tak mengenal status sosial atau materi.

Yang terpenting adalah tekad dan dedikasi untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Semangat PON I: Warisan yang Abadi

PON I di Solo tahun 1948 mungkin telah berlalu, namun semangat dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap abadi.

Kisah para atlet yang tidur beralaskan jerami menjadi pengingat bagi generasi penerus tentang arti penting perjuangan, pengorbanan, dan cinta tanah air.

Di tengah gemerlapnya dunia olahraga modern, kita patut merenungkan kembali semangat para pahlawan olahraga masa lalu.

Mereka telah mengajarkan kita bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Yang terpenting adalah tekad, semangat juang, dan cinta yang tulus pada bangsa dan negara.

Sumber Artikel: Kisah Atlet PON I Solo, Tidur Beralas Kasur Jerami/Kompas.id

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---