Find Us On Social Media :

Kesederhanaan Atlet PON di Solo 1948 Tidur Beralaskan Jerami

By Afif Khoirul M, Jumat, 13 September 2024 | 19:30 WIB

Rombongan Bung Karno tiba di Stadion Sriwedari saat pembukaan PON I di Solo pada September 1948.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit malam yang bertabur bintang, kota Solo tahun 1948 berdenyut dengan semangat yang berbeda.

Bukan dentum meriam atau raungan sirene yang mengisi udara, melainkan sorak sorai dan tepuk tangan riuh rendah yang menggema dari Stadion Sriwedari.

Di sinilah, di tengah puing-puing perang yang belum sepenuhnya pulih, Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama digelar.

Sebuah peristiwa bersejarah yang tak hanya menjadi ajang adu kekuatan dan ketangkasan, tetapi juga simbol perjuangan dan harapan bangsa yang baru saja merdeka.

Namun, di balik gemerlap panggung olahraga, tersembunyi kisah-kisah perjuangan para atlet yang jarang terungkap. Jauh dari sorotan kamera dan gegap gempita penonton, mereka menjalani hari-hari dengan penuh kesederhanaan dan pengorbanan.

Salah satu kisah yang paling mengharukan adalah tentang bagaimana para atlet ini harus tidur beralaskan jerami di barak-barak sederhana yang didirikan di sekitar stadion.

Barak Bambu dan Kasur Jerami: Saksi Bisu Perjuangan

Bayangkan, para atlet yang telah berjuang keras di lapangan, harus kembali ke tempat istirahat yang jauh dari kata nyaman.

Barak-barak bambu yang didirikan di lapangan Mangkubumen dan barak-barak militer menjadi saksi bisu perjuangan mereka.

Dinding bambu yang tipis tak mampu menahan dinginnya malam, sementara kasur jerami yang digelar di lantai tanah menjadi satu-satunya alas tidur mereka.