Find Us On Social Media :

Bagaimana Proses Perubahan dari Piagam Jakarta Menjadi Pembukaan UUD NRI Tahun 1945

By Afif Khoirul M, Selasa, 20 Agustus 2024 | 10:10 WIB

Para penyusun Piagam Jakarta.

Penolakan dari Timur

Berita tentang Piagam Jakarta sampai ke telinga masyarakat Indonesia bagian timur, khususnya di wilayah yang mayoritas penduduknya non-Muslim.

Mereka merasa keberatan dengan klausul syariat Islam dan khawatir akan diskriminasi di negara yang baru lahir ini.

Sehari setelah proklamasi, seorang tokoh Kristen dari Indonesia Timur, Mr. A.A. Maramis, menyampaikan keberatannya kepada Mohammad Hatta.

Hatta yang dikenal sebagai negarawan yang bijaksana dan inklusif, menyadari potensi perpecahan yang bisa ditimbulkan oleh Piagam Jakarta.

Sidang PPKI: Momen Krusial

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidang untuk mengesahkan konstitusi.

Suasana sidang dipenuhi ketegangan. Piagam Jakarta yang sudah disiapkan sebagai dasar negara, tiba-tiba menjadi polemik.

Hatta menyampaikan keberatan dari masyarakat Indonesia Timur kepada sidang. Ia mengusulkan agar klausul syariat Islam dihapus untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Perdebatan Sengit

Usulan Hatta memicu perdebatan sengit. Kelompok Islam bersikukuh mempertahankan klausul syariat Islam, sementara kelompok nasionalis mendukung usulan Hatta. Sidang PPKI nyaris menemui jalan buntu.

Di tengah ketegangan, Ki Bagus Hadikusumo, seorang tokoh Islam yang dihormati, mengambil sikap bijaksana.