Find Us On Social Media :

Tak Kelihatan Batang Hidungnya, di Mana Bung Karno dan Bung Hatta saat Sumpah Pemuda?

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 18 Agustus 2024 | 13:50 WIB

Saat Sumpah Pemuda diikrarkan, di mana gerangan sosok Bung Karno dan Bung Hatta? Asvi Marwan Adam menawarkan dua alasan.

Ternyata peringatan itu menjadi kenyataan. Sukarno dan tiga kawannya diadili pada 1930. Ironisnya, Hatta yang mengingatkan Sukarno lebih dulu dimejahijaukan, yakni pada 1927. Hatta dibebaskan dari tuduhan pada Maret 1928. Dia menghadiri liga antikolonialisme di Jerman pada Juli 1928.

Ketika Sukarno dan tiga kawannya ditangkap di Bandung Desember 1929, Hatta menulis artikel pembelaan dalam De Socialist. Kegiatan dalam gerakan itulah yang menyebabkan masa studi Hatta molor sampai 11 tahun. Setelah lulus sarjana tahun 1932 ia pulang ke Tanah Air.

Seperti disinggung di awal, Sukarno memang tidak hadir saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945. Meskipun begitu, dia mengirim surat berisi ucapan selamat yang dibacakan dalam pembukaan Kongres Pemuda II bersama surat Tan Malaka dan Perhimpunan Indonesia di Belanda. Kenapa dia tidak hadir, ada beberapa alasan.

Versi pertama, masih menurut Asvi berdasarkan pernyatan Abu Hanifah yang dikutip oleh Lambert Giebels (Soekarno, Biografi 1901-195), Sukarno pernah diundang untuk berbicara di depan anggota Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang antara lain dipimpin Soegondo Djojopoespito. Ketika itu para mahasiswa sedang gandrung pemikiran Gandhi yang memboikot kain tenun buatan Barat dan menganjurkan pakaian sederhana buatan dalam negeri.

Dalam pertemuan di sebuah gedung di Jl. Kenari, Batavia, terkesan Sukarno seakan baru datang dari "suatu peragaan busana atau resepsi orang elit" sehingga dicemooh mahasiswa. Informasi di atas perlu dipertanyakan karena buku Giebels sendiri menampilkan banyak kekeliruan fakta historis. Lagipula dia mengutip Abu Hanifah yang baru menerbitkan tulisan tahun 1972 (Tales of a Revolution).

Abu Hanifah sendiri kelak dikenal sebagai pengurus Masyumi yang dalam beberapa hal sangat berseberangan dengan Bung Kamo.

Alasan kedua adalah kesibukan Sukarno dalam mengembangkan partainya. Lagipula dalam kongres itu sudah berperan tokoh PNI seperti Mr. Sunario dan Mr. Sartono. Sukarno tampil di mana-mana. Rakyat terpesona dengan gaya berpidatonya yang penuh retorika Sekadar informasi, Sunaria punya peran krusial saat kongres.

Setelah perencanaan dilakukan secara matang, ternyata pada saat terakhir panitia teradang oleh perizinan dari polisi Belanda. Kongres itu nyaris batal. Pihak kepolisian menolak karena sebelum kongres direncanakan arak-arakan pandu yang melibatkan banyak sekali pemuda. Sebetulnya ini hanya alasan untuk memboikot kongres tersebut.

Menyadari bahwa polisi tidak bisa lagi diajak berunding, maka diutuslah Mr. Sunario (bersama Arnold Manuhutu) menemui pembesar Hindia Belanda yang dapat mengubah keputusan polisi, yakni K de Jonge. Sunario memberikan tawaran dengan setuju pawai itu dilarang tetapi kongres tetap dilaksanakan.

Perundingan itu tidak selesai dalam satu hari. Hari berikutnya selama berjam-jam Sunario kembali membujuk pejabat tinggi Belanda itu yang akhirnya memerintahkan polisi memberi izin. Dengan syarat kongres itu tidak boleh mengkritik kebijakan atau mengeluarkan pernyataan yang bersifat menghasut dan melawan pemerintah Hindia Belanda. Kongres hari pertama tanggal 27 Oktober 1928 sempat dihentikan oleh polisi dua kali.

Pertama, ketika seorang pembicara menyebut istilah "kemerdekaan" dan kedua, tatkala terdengar ajakan supaya putra-putri bekerja lebih keras agar tanah air Indonesia dapat menjadi negara seperti Inggris dan Jepang. Meskipun begitu, secara umum, Kongres Pemuda II berlangsung dengan sukses dan melahirkan ikrar heroik yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.