Intisari-Online.com -Jika berbicara tentang pergerakan nasional, kita akan berbicara tentang Budi Utomo yang dianggap sebagai salah satu tonggak pergerakan dan Sumpah Pemuda yang dianggap sebagai puncaknya.
Jumlah waktu yang ditempuh dari berdirinya Budi Utomo sampai Sumpah Pemuda adalah 20 tahun.
Selama 20 tahun itu, terjadi gejolak dan dinamika yang membentuk sebuah identitas tunggal yang kelak kita kenal sebagai Indonesia.
Pergerakan nasional merupakan istilah yang digunakan pada fase sejarah Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Pergerakan nasional terjadi dalam kurun waktu 1908-1945.
Dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (2015) karya Ahmadin, 1908 dijadikan sebagai awal pergerakan nasional karena pada masa tersebut perjuangan yang dilakukan rakyat masuk dalam kategori bervisi nasional.
Pergerakan yang dilakukan untuk menentang kaum penjajah sebelum tahun ini, masih bersifat kedaerahan.
Kemudian di 1908 lahir organisasi modern dengan cita-cita nasional.
Istilah pergerakan nasional juga digunakan untuk melukiskan proses perjuangan bangsa Indonesia dalam fase mempertahankan kemerdekaan.
Pergerakan masa ini untuk membendung hasrat kaum koloni yang ingin kembali merebut kekuasaan Indonesia.
Dalam buku Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan (2004) karya Sudiyo, pergerakan nasional adalah menunjukkan sifat yang lebih aktif dan penuh menanggung risiko dalam perjuangan.
Pergerakan nasional menjadi wujud protes atas penindasan kaum kolonial kepada rakyat di Indonesia selama bertahun-tahun.
Penyebab terjadinya pergerakan nasional dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
Faktor internal (dalam negeri)
Beberapa faktor penyebab timbulnya pergerakan nasional yang bersumber dari dalam negeri antara lain:
1. Adanya tekanan dan penderitaan yang berkelanjutan. Rakyat Indonesia harus melawan penjajah.
2. Adanya rasa senasib yang hidup dalam cengkraman penjajah dan timbul semangat bersatu membentuk negara.
3. Adanya rasa kedasaran nasional dan harga diri, menyebabkan kehendak untuk memiliki tanah air serta hak menentukan nasib sendiri.
Faktor eksternal (luar negeri)
Beberapa faktor eksternal juga mendorong proses timbulnya pergerakan nasional, di antaranya:
1. Masuknya paham liberalisme dan human rights
2. Diterapkannya pendidikan sistem barat dalam pelaksanaan Politis Etis pada 1902. Sehingga menimbulkan wawasan luas bagi pelajar Indonesia.
3. Kemenangan jepang terhadap Rusia tahun 1905, yang membangkitkan rasa percaya diri bagi rakyat Asia-Afrika dan bangkit melawan penjajah.
4. Gerakan Turki Muda pada 1896-1918 yang bertujuan menanamkan dan mengembangkan nasionalisme Turki.
5. Gerakan Pan-Islamisme yang ditumbuhkan oleh Djamaluddin al-Afgani yang mematahkan dan melenyapkan imperialisme barat.
6. Pergerakan nasional di Asia, seperti gerakan Nasionalisme di India, Tiongkok, dan Philipina.
Budi Utomo
Oragnisasi yang diawali dr. Wahidin Soedirohoesodo yang berkeliling Jawa untuk melakukan sosialisasi pentingnya pendidikan.
Selain itu, terdapat dana pendidikan untuk yang kurang mampu.
Dana tersebut disebut dengan Studie Fond.
Pada 1907, Wahidin bertemu denghan Soetomo, mahasiswa STOVIA dan membentuk organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh bangsa Indonesia dan beranggotakan mahasiswa STOVIA.
Berdirinya organisasi merupakan awal kebangkitan nasional atau pergerakan nasional.
Sehingga ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda adalah sebuah ikrar dari pemuda dan pemudi di seluruh Indonesia.
Ikrar ini berasal dari gagasan Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada Kongres Pemuda II tepatnya pada 28 Oktober 1928.
Adanya gagasan Sumpah Pemuda ini menjadi cikal bakal dalam pergerakan pemuda Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa atas penjajah.
Kongres Pemuda II adalah lanjutan dari Kongres Pemuda I yang sebelumnya gagal pada 1926.
Pada 12 Agustus 1928, para pemuda kembali mengadakan pertemuan dengan membentuk panitia, menentukan tempat dan waktu, serta menyusun tujuan Kongres Pemuda II.
Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya lahir keputusan untuk mengadakan Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia.
Dalam kongres tersebut memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
1. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pada pemuda Indonesia.
2. Membahas tentang masalah pergerakan pemuda Indonesia.
3. Memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh kesatuan Indonesia.
Kongres Pemuda II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan selama dua hari, yakni 27-28 Oktober 1928 di tiga tempat yang berbeda.
- Rapat pertama (Sabtu, 27 Oktober 1928)
Rapat pertama dalam Kongres Pemuda II digelar di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.
Dalam kongres ini, Mohammad Yamin memberikan uraian tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yakni:
1. Sejarah
2. Bahasa
3. Hukum adat
4. Pendidikan
5. Kemauan.
- Rapat kedua (Minggu, 28 Oktober 1928)
Setelah rapat pertama usai, rapat selanjutnya digelar pada keesokan harinya, Minggu 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop.
Rapat kedua ini memiliki bahasan utama mengenai pendidikan.
Pada rapat kedua ini dibagi menjadi dua sesi, pada sesi pertama, pembicaranya adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro.
Keduanya sependapat bahwa setiap anak harus mendapat pendidikan kebangsaan.
Selain itu, setiap anak juga harus dididik secara demokratis dan ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dengan di rumah.
- Rapat ketiga (Minggu, 28 Oktober 1928)
Selanjutnya sesi kedua diselenggarakan di tempat yang berbeda, yakni di Gedung Indonesische Clubhuis Keramat yang kini diabadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Pada sesi ini Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sementara itu, Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini akan mendidik anak-anak agar lebih disiplin dan mandiri, keduanya adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam hal perjuangan.
Pada rapat ini kemudian diumumkan rumusan hasil kongres yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Selanjutnya, oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
Sebelum kongres ditutup, Wage Rudolf Soepratman (WR Supratman) menampilkan lagu ciptaannya, Indonesia Raya yang mendapat sambutan meriah.
WR Supratman sendiri menciptakan lagu Indonesia Raya tersebut dalam tiga bait (stanza).
Indonesia Raya kemudian diresmikan menjadi lagu kebangsaan yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Isi Sumpah Pemuda
Kongres Sumpah Pemuda II pada 28 Oktober 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda yang berisi:
Pertama:
"Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia."
Kedoea:
"Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia."
Ketiga:
"Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Jika diterjemahkan dalam ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini, maka isi Sumpah Pemuda berbunyi:
"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."
Begitulah, jumlah waktu yang ditempuh dari berdirinya Budi Utomo sampai Sumpah Pemuda adalah 20 tahun. Itulah masa yang sering kita sebut sebagai zaman Pergerakan Nasional.
Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News