Find Us On Social Media :

Usulan Mohammad Yamin Dalam Sidang Perdana BPUPKI 29 Mei 1945

By Afif Khoirul M, Selasa, 13 Agustus 2024 | 15:15 WIB

Ilustrasi - Sosok Moh Yamin.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Mentari pagi 29 Mei 1945 belum lagi menampakkan diri sepenuhnya di ufuk timur, namun semangat para hadirin yang memenuhi ruang sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sudah berkobar bak api yang tak terpadamkan.

Hari itu adalah hari yang dinanti-nantikan, hari di mana fondasi negara Indonesia yang merdeka akan mulai diletakkan. Di antara hadirin yang berwibawa itu, terdapat seorang tokoh yang namanya terpatri dalam sejarah perjuangan bangsa, Mohammad Yamin.

Dengan penuh keyakinan dan semangat membara, ia menyampaikan pidato yang menggetarkan jiwa, pidato yang akan menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan.

"Saudara-saudara yang saya hormati, hari ini kita berkumpul di sini, di bawah naungan Yang Maha Kuasa, untuk merajut impian bersama, impian akan sebuah negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Kita adalah anak-anak bangsa yang terpilih, yang diberi amanah untuk merumuskan dasar-dasar negara yang akan menjadi rumah bagi seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke."

Suara Mohammad Yamin yang lantang dan berwibawa menggema di seluruh ruangan, menyentuh setiap hati yang hadir. Ia melanjutkan pidatonya dengan penuh semangat, memaparkan usulan-usulannya yang visioner dan penuh makna.

"Saudara-saudara, saya mengusulkan agar dasar negara Indonesia yang akan kita bentuk ini mencakup lima prinsip utama, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Kelima prinsip ini adalah pilar-pilar yang akan menopang tegaknya negara kita, yang akan menjadi panduan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara."

Usulan Mohammad Yamin ini disambut dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin. Mereka terkesima oleh ketajaman pemikiran dan keluasan wawasan Mohammad Yamin, yang mampu merumuskan dasar-dasar negara dengan begitu komprehensif dan visioner.

"Peri Kebangsaan adalah prinsip yang menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara bagi seluruh bangsa Indonesia, tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan. Kita adalah satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa, dan satu cita-cita. Peri Kemanusiaan adalah prinsip yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, seperti keadilan, persamaan, dan toleransi. Kita harus menghormati hak asasi manusia, baik bagi warga negara Indonesia maupun bagi warga negara asing yang berada di wilayah Indonesia."

Mohammad Yamin melanjutkan pidatonya dengan menjelaskan prinsip-prinsip lainnya. Peri Ketuhanan adalah prinsip yang mengakui pentingnya agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinannya.

Peri Kerakyatan adalah prinsip yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Negara Indonesia adalah negara demokrasi, di mana rakyat memiliki hak untuk memilih wakil-wakilnya melalui pemilihan umum yang bebas dan rahasia. Kesejahteraan Rakyat adalah prinsip yang mengutamakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Negara Indonesia harus berupaya untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, menyediakan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, serta menciptakan lapangan kerja yang luas.

Usulan Mohammad Yamin ini tidak hanya sebatas konsep abstrak, tetapi juga didasarkan pada fakta sejarah dan pengalaman bangsa-bangsa lain. Ia mengutip berbagai sumber, mulai dari kitab-kitab suci hingga konstitusi negara-negara lain, untuk memperkuat argumen-argumennya.

"Saudara-saudara, kita tidak bisa membangun negara ini dalam ruang hampa. Kita harus belajar dari sejarah, baik sejarah bangsa kita sendiri maupun sejarah bangsa-bangsa lain. Kita harus mengambil hikmah dari keberhasilan dan kegagalan mereka, agar kita bisa membangun negara yang lebih baik, negara yang sesuai dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia."

Pidato Mohammad Yamin ini menjadi salah satu momen penting dalam sidang BPUPKI. Usulan-usulannya yang visioner dan penuh makna menjadi bahan perdebatan yang sengit, namun juga menjadi inspirasi bagi para anggota BPUPKI lainnya.

Jejak Langkah Sang Pemikir

Mohammad Yamin sendiri adalah sosok yang luar biasa. Lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tahun 1903, ia adalah seorang intelektual, sastrawan, sejarawan, dan politikus yang brilian. Ia mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda, namun semangat nasionalismenya tak pernah padam. Ia aktif dalam berbagai organisasi pergerakan nasional, seperti Jong Sumatranen Bond dan Indonesia Muda.

Kecintaannya pada bahasa dan sastra Indonesia mendorongnya untuk menjadi salah satu pelopor Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Ia juga menulis banyak karya sastra, termasuk puisi, drama, dan novel, yang sarat dengan semangat perjuangan dan nasionalisme.

Selain itu, Mohammad Yamin juga memiliki minat yang besar terhadap sejarah. Ia menulis beberapa buku sejarah, termasuk "Sejarah Perang Diponegoro" dan "Gajah Mada". Pengetahuannya yang luas tentang sejarah bangsa-bangsa lain juga menjadi bekal penting baginya dalam merumuskan dasar-dasar negara Indonesia.

Mentari Kemerdekaan Bersinar

Usulan Mohammad Yamin dalam sidang BPUPKI 29 Mei 1945 adalah bukti nyata dari kecintaannya pada tanah air dan semangatnya untuk membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Meskipun tidak semua usulannya diterima secara utuh, namun semangat dan visi yang ia sampaikan tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.

Pidato Mohammad Yamin pada hari itu adalah sebuah faedah yang berharga, sebuah embun penyejuk di subuh kemerdekaan. Ia adalah salah satu dari sekian banyak pahlawan bangsa yang telah berjuang tanpa kenal lelah untuk mewujudkan impian bersama, impian akan sebuah Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Kita sebagai generasi penerus bangsa harus menghargai jasa-jasa para pahlawan, termasuk Mohammad Yamin. Kita harus menjaga dan meneruskan perjuangan mereka, agar Indonesia tetap tegak berdiri sebagai negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Kita harus menjadikan Pancasila, yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa, sebagai panduan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Semoga semangat perjuangan Mohammad Yamin dan para pahlawan lainnya tetap menyala dalam dada kita. Semoga kita bisa mewujudkan cita-cita luhur bangsa, yaitu Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Merdeka!

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---