Find Us On Social Media :

Mengapa VOC Dikatakan sebagai Negara dalam Negara

By Afif Khoirul M, Senin, 12 Agustus 2024 | 15:30 WIB

Ilustrasi - Hak-hak istimewa ini memungkinkan VOC untuk bertindak layaknya sebuah negara di wilayah operasinya.

VOC juga membawa serta budaya dan nilai-nilai Barat. Bahasa Belanda menjadi bahasa resmi di berbagai pusat pemerintahan.

Gereja-gereja didirikan, dan pengaruh agama Kristen mulai terasa. Percampuran budaya antara Barat dan Timur melahirkan sebuah masyarakat yang kompleks dan penuh kontradiksi.

Puncak Kejayaan dan Kejatuhan

Pada abad ke-17 dan 18, VOC mencapai puncak kejayaannya. Kekayaan yang diraup dari Nusantara mengalir deras ke Belanda, membiayai pembangunan infrastruktur dan memicu pertumbuhan ekonomi. Namun, di balik gemerlapnya emas dan perak, terdapat sisi gelap yang kelam.

Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan perang saudara menggerogoti dari dalam. Hutang negara Belanda yang membengkak akibat perang yang tak kunjung usai semakin membebani VOC.

Pada akhirnya, pada tahun 1799, VOC resmi dinyatakan bangkrut dan diambil alih oleh pemerintah Belanda.

Warisan yang Tak Terhapuskan

Meskipun telah runtuh, warisan VOC masih terasa hingga kini. Benteng-benteng peninggalan VOC menjadi saksi bisu dari masa lalu yang gemilang.

Bahasa Belanda yang pernah menjadi bahasa resmi di Nusantara masih digunakan oleh sebagian masyarakat. Dan yang paling penting, VOC telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia.

VOC adalah sebuah paradoks. Di satu sisi, ia adalah mesin ekonomi yang mendorong perkembangan dunia. Di sisi sisi lain, ia adalah simbol penjajahan dan eksploitasi.

Namun, terlepas dari segala kontroversinya, VOC tetap menjadi salah satu kisah paling menarik dalam sejarah dunia.

Mengapa VOC Disebut Negara dalam Negara?