Find Us On Social Media :

Begini Nasib Bumiputra Anggota KNIL Setelah Jepang Menguasai Indonesia

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 8 Agustus 2024 | 15:25 WIB

Tak bisa dipungkiri, banyak Bumiputra yang menjadi anggota KNIL, dinas ketentaraan kolonial Hindia Belanda. Mereka pun jadi buron setelah Jepang datang.

Ketika itu orang Manado dan Ambon, apalagi bekas anggota KNIL kerap diawasi tentara Jepang. Setelah 1943, mereka kadang dicurigai sebagai potensi mata-mata Sekutu. Di Lampung Alex sempat ditahan, diperiksa dan juga disiksa selama 40 hari. Setelah lolos dari maut, dia berusaha jangan sampai pernah mengaku sebagai bekas KNIL. Berbohong adalah jalan keselamatannya kala itu.

Kawilarang Senior ditangkap Jepang pada 1943, bersama Mayor Benjamin Thomas Walangitang. Keduanya berasal dari Minahasa. Fakta lainnya: keduanya adalah senior Oerip Soemohardjo dalam kedinasan KNIL.

Seperti Kawilarang, putra Walangitang juga sudah berdinas di KNIL. Willem Lucas Walangitang namanya. Berdinas di di bagian udara KNIL. 

Maut bagi Junyo Maru

Pertengahan September 1944, Thijs dibawa ke pelabuhan Tanjung Priok dan bertemu anggota KNIL lainnya. Di sana sudah ada kapal angkut Junyo Maru yang disiapkan untuk mereka. Kapal buatan Robert Duncan & Co yang berpusat di Glasgow, Skotlandia, itu juga akan mengangkut 4.200 romusha dan 2.300 tawanan perang seperti Thijs.

Sebelum bernama Junyo Maru, kapal itu bernama Sureway, Hartmore, Hartland Point dan juga Ardgorm.

Di antara 2000-an tawanan perang itu, rupanya ada adik Thijs yaitu Benoni Pedro Anthoni Nanlohy. Benoni, yang bertugas di batalion infanteri II, resimen pertama divis pertama KNIL, juga letnan kelas satu sana.