Find Us On Social Media :

Susi Susanti, Didiskriminasi Meski Sudah Harumkan Negara Di Olimpiade

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 1 Agustus 2024 | 12:32 WIB

Susi Susanti menjadi pebulutangkis wanita pertama Indonesia yang menjadi juara di Olimpiade. Meski begitu, dia tetap didiskriminasi oleh negaranya.

Usaha ini berkisar pada pembuatan raket dan perlengkapan olahraga, khususnya bulu tangkis. Saat ini Astec sudah teken kontrak kerjasama dengan PB Jaya Raya sebagai pemasok peralatan bulutangkis.

Pasangan Susi dan Alan sekaligus menjawab dan memberi bukti bawah kekhawatiran publik akan masa depan suram atlet tidak benar. Jika memang cerdas dalam menyikapi hidup selama menjadi atlet dan memanfaatkan kelebihannya di hari tua, maka stigma atlet Indonesia menderita ketika pensiun, terbantahkan. Cukup menggali talenta dan mau belajar tanpa jenuh adalah potensi besar untuk meraih kesuksesan.

Bukan sekadar retorika, tapi bukti sudah ditunjukkan Susi dan Alan. Lahir dan tumbuh dari panggung olahraga dan kemudian berhasil menerobos segala hambatan kehidupan. Siapa tahu cara hidup yang ditempuh pasangan ini menjadi inspirasi bagi atlet Indonesia lainnya.

Menggilas Diskriminasi

Ketika itu Susi Susanti masih 21 tahun. Masih muda memang usianya, tapi daya dobraknya luar biasa. Dia berhasil menumbangkan lawan-lawannya dengan gerakan yang lincah, cepat dan pukulan yang bertenaga. Seperti disebut di awal, Susi meraih medali emas setelah di partai final menumbangkan atlet andalan Korea Selatan, Bang Soo-hyun, lewat pertandingan tiga set: 5-11, 11-5, dan 11-3.

Sontak, tangis wanita yang kini jadi istri Alan Budikusuma itu tak terbendung ketika naik podium dan melihat Merah Putih berkibar dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Para penonton yang datang ke Barcelona juga larut dalam kegembiraan itu, beberapa dari mereka menitikkan air mata usai Susi Susanti meraih medali emas Olimpiade.

“Bagaimana tidak terharu bisa merebut medali emas dan mengumandangkan Indonesia Raya,” cerita Susi usai mengalahkan Bang Soo-hyun. Tak berselang lama, Alan bisa mengalahkan rekan senegaranya, Ardy B Wiranata dua set langsung 15-12 dan 18-13. Dua medali emas berhasil dibawa pulang ke tanah air lewat sejoli itu.

Selain menjadi pebulu tangkis pertama yang meraih medali emas Olimpiade, Susi Susanti, bagaimana dikutip dari Kompas.com, juga merupakan peraih juara All England. Gelar All England pertamanya diraih pada 1990.

Menurut berita Harian Kompas edisi 18 Maret 1990, sekitar 5.000 penonton yang memadati Wembley Arena bersorak ketika Susi yang saat itu berusia 19 tahun menjadi juara di turnamen tertua di dunia tersebut. Di partai final, Susi berhasil menundukkan rivalnya dari China, Huang Hua, dengan dua set langsung, 12-11, 11-1. Prestasi yang dicapai Susi itu membuat masyarakat bergembira sekaligus bangga.

Sebab, selama ini Indonesia hanya mampu meloloskan tunggal putri ke final All England melalui Minarni pada 1968 dan Verawaty tahun 1980. Keduanya gagal menjadi juara setelah tumbang di partai final. Hingga kini, Susi menjadi satu-satunya tunggal putri Indonesia yang berhasil menjadi juara All England.

Selama kariernya, Susi menjadi juara All England sebanyak empat kali, yakni tahun 1990, 1991,1993, dan 1994. Namanya tercatat di Guinness Book of World Records sebagai pebulu tangkis wanita yang menjuarai All England empat kali berturut-turut.

Selain Olimpiade dan All England, Susi juga pernah menjuarai World Badminton Grand Prix Finals sebanyak lima kali berturut-turut dari tahun 1990 hingga 1994. Ia juga menjadi juara di Kejuaraan Dunia IBF pada tahun 1993. Di samping itu Susi juga turut ambil bagian di tim putri Indonesia yang menjuarai Piala Uber tahun 1994 dan 1996.