Find Us On Social Media :

Metamorfosis Anggun, Sejarah Mengukir Keindahan Tubuh Lewat Sedot Lemak

By Afif Khoirul M, Senin, 29 Juli 2024 | 18:00 WIB

Sejarah operasi sedot lemak yang mengancam nyawa.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit senja kota Depok, sebuah kisah tragis terukir. Ella Nanda Sari Hasibuan, sang selebgram yang memikat hati ribuan pengikutnya, terbaring tak bernyawa. Kecantikan yang ia dambakan, kini sirna bersama hembusan napas terakhirnya.

Senin, 22 Juli 2024 menjadi saksi bisu tragedi yang merenggut nyawa perempuan berusia 30 tahun itu. Di sebuah klinik kecantikan yang menjanjikan transformasi, Ella menyerahkan dirinya pada prosedur sedot lemak, berharap mendapatkan bentuk tubuh ideal yang selama ini ia impikan.

Namun, takdir berkata lain. Dokter A, dibantu dua perawat K dan T, memulai prosedur di lengan kanan Ella. Sentuhan tangan ahli yang diharapkan membawa perubahan, justru menjadi awal petaka. Saat jarum suntik menyentuh pembuluh darahnya, pecahlah aliran kehidupan yang mengalir di tubuhnya.

Ella yang awalnya penuh semangat, kini terkulai lemah. Lengan kirinya yang belum tersentuh prosedur, menjadi saksi bisu perjuangannya melawan maut. Ia dilarikan ke rumah sakit, namun takdir telah menentukan. Nyawanya tak tertolong, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan ribuan pengikutnya.

Kabar duka ini pun viral di media sosial, mengundang perhatian publik dan pihak kepolisian. Polres Metro Depok, yang dipimpin Kombes Arya Perdana, segera melakukan penyelidikan. Dokter A dan kedua perawatnya kini menjadi sorotan, terjerat dalam pusaran dugaan malapraktik yang berujung maut.

Kisah Ella menjadi pengingat akan bahaya yang mengintai di balik janji kecantikan instan. Ia adalah korban dari impian yang terkubur bersama harapan yang tak terwujud. 

"Lantas jika melihat dari sejarahnya, memangnya seperti apa sejarah operasi sedot lemak yang disebut-sebut mengancam nyawa itu?"

______________________________________________________________________

Dalam dunia yang terus berputar, di mana standar kecantikan bergeser bak pasir di pantai yang diterjang ombak, ada satu prosedur yang telah memikat hati dan pikiran jutaan orang yaitu sedot lemak.

Prosedur bedah kosmetik ini, yang menjanjikan transformasi tubuh yang memukau, telah menjadi buah bibir di seluruh dunia. Namun, di balik popularitasnya yang gemilang, tersembunyi kisah panjang yang penuh liku, diwarnai oleh tragedi, inovasi, dan akhirnya, kesuksesan.

Tragedi di Balik Tirai Panggung

Kisah sedot lemak bermula pada tahun 1926, di kota Paris yang romantis.

Seorang dokter bedah Prancis ternama, Charles Dujarier, menerima permintaan yang tak biasa dari seorang penari balet muda bernama Mademoiselle Geoffre.

Sang penari, yang terobsesi dengan kesempurnaan, menginginkan kaki yang lebih ramping dan anggun. Dujarier, dengan keyakinan akan keahliannya, menerima tantangan tersebut.

Namun, apa yang seharusnya menjadi prosedur sederhana berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan. Operasi tersebut mengakibatkan komplikasi yang parah, dan Geoffre harus kehilangan kakinya.

Dujarier, yang semula dipuja sebagai ahli bedah terkemuka, kini dicerca dan dipenjara. Tragedi ini menjadi noda hitam dalam sejarah awal sedot lemak, meninggalkan bekas luka yang mendalam pada dunia medis.

Kebangkitan dari Abu Kegagalan

Meskipun tragedi tersebut menjadi pukulan telak bagi perkembangan sedot lemak, semangat untuk memperbaiki penampilan tubuh tidak pernah padam.

Pada akhir tahun 1960-an, sejumlah dokter bedah Eropa kembali mencoba teknik pemotongan lemak, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan. Pendarahan yang berlebihan dan risiko komplikasi yang tinggi menjadi penghalang utama.

Namun, secercah harapan muncul di Italia pada tahun 1974. Dua dokter, Arpad dan Giorgio Fischer, mengembangkan teknik baru yang melibatkan pembuatan terowongan tumpul dan penyedotan lemak.

Teknik ini, yang disebut "liposuction," menjadi tonggak penting dalam sejarah sedot lemak. Meskipun masih terbatas pada area paha luar, liposuction memberikan hasil yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dibandingkan teknik sebelumnya.

Baca Juga: Hikayat Puputan Margarana, Wujud Semangat Rakyat Bali dalam Menegakkan Kedaulatan RI

Revolusi Teknik Sedot Lemak

Tahun 1982 menjadi titik balik dalam evolusi sedot lemak. Seorang ahli bedah Prancis, Dr. Yves-Gerard Illouz, memperkenalkan teknik baru yang disebut "Metode Illouz."

Teknik ini melibatkan penyuntikan cairan ke dalam jaringan lemak sebelum penyedotan, yang membantu memecah timbunan lemak dan mengurangi pendarahan. Meskipun masih memiliki beberapa kekurangan, Metode Illouz membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut.

Tak lama kemudian, ahli bedah lain, Pierre Fournier, menambahkan lignokain sebagai anestesi lokal dalam prosedur tersebut. Penemuan ini, yang dikenal sebagai "teknik basah," menjadi standar baru dalam sedot lemak.

Lignokain tidak hanya mengurangi rasa sakit, tetapi juga membantu mencegah pendarahan yang berlebihan.

Era Modern Sedot Lemak

Pada tahun 1987, seorang dokter kulit asal California, Jeffrey Klein, menyempurnakan teknik sedot lemak dengan memperkenalkan larutan tumescent. Larutan ini, yang terdiri dari lignokain, epinefrin, dan garam, disuntikkan ke dalam jaringan lemak sebelum prosedur.

Epinefrin, hormon yang menyempitkan pembuluh darah, secara signifikan mengurangi pendarahan dan risiko komplikasi.

Sejak saat itu, teknik sedot lemak terus berkembang pesat. Penggunaan ultrasound, laser, dan teknologi lainnya telah meningkatkan presisi dan efektivitas prosedur ini.

Dokter bedah juga telah mengembangkan teknik-teknik baru untuk mengurangi rasa sakit, memar, dan waktu pemulihan.

Sedot Lemak di Masa Kini

Saat ini, sedot lemak telah menjadi prosedur bedah kosmetik yang paling populer di dunia. Jutaan orang telah merasakan manfaatnya, dari meningkatkan kepercayaan diri hingga memperbaiki proporsi tubuh.

Namun, penting untuk diingat bahwa sedot lemak bukanlah solusi ajaib untuk menurunkan berat badan. Prosedur ini paling efektif untuk menghilangkan timbunan lemak yang membandel di area tertentu, seperti perut, paha, atau lengan.

Jika Anda mempertimbangkan sedot lemak, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter bedah yang berpengalaman dan berkualifikasi. Dokter akan mengevaluasi kondisi kesehatan Anda, mendiskusikan tujuan Anda, dan menjelaskan risiko serta manfaat prosedur ini.

Dengan memilih dokter yang tepat dan mengikuti instruksi pasca operasi dengan cermat, Anda dapat memaksimalkan hasil sedot lemak dan mencapai transformasi tubuh yang Anda impikan.

Baca Juga: Bagaimana Belanda Menanggapi Kemerdekaan Indonesia?

Epilog

Sedot lemak telah menempuh perjalanan panjang dari tragedi awal hingga menjadi prosedur bedah kosmetik yang aman dan efektif. Perkembangan teknologi dan pemahaman yang lebih baik tentang tubuh manusia telah membuka pintu bagi inovasi yang terus berlanjut.

Di masa depan, kita dapat mengharapkan kemajuan lebih lanjut dalam teknik sedot lemak, yang akan memberikan hasil yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah bagi pasien.

Namun, di tengah gemerlapnya dunia bedah kosmetik, penting untuk diingat bahwa kecantikan sejati berasal dari dalam. Sedot lemak hanyalah alat untuk membantu Anda mencapai tujuan estetika Anda, bukan pengganti gaya hidup sehat dan cinta diri.

Dengan menjaga keseimbangan antara penampilan luar dan kesehatan batin, Anda dapat mencapai keindahan yang sejati dan abadi.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---