Find Us On Social Media :

Tak Hanya Agresi Militer I Dan II, Benarkah Belanda Juga Hampir Melakukan Aksi Militer Ketiga?

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 21 Juli 2024 | 11:21 WIB

Tak hanya Agresi Militer I dan II, Belanda juga disebut merencakan melakukan Agresi Militer III. Dicegah oleh salah satu petinggi militer Belanda.

Setelah Belanda mengadakan serangan militer kedua, perlawanan secara gerilya timbul dari Tentara Nasional Indonesia. Hal itu mungkin telah diduga Belanda, tetapi kurang diperhitungkan konsekuensinya secara matang.

Dugaan Belanda, dengan direbutnya ibu kota Yogyakarta dan ditawannya pimpinan politik Republik Indonesia, dengan sendiri-nya tentara kita hancur. Selain itu dunia internasional juga menentang pihak Belanda.

Di India segera diadakan Konferensi Bangsa-Bangsa Asia yang mengecam tingkah laku Belanda. Dewan Keamanan PBB juga mencela sikap Belanda dan mengimbau kedua belah pihak untuk mengadakan gencatan senjata.

Rupanya pimpinan tentara Belanda kurang puas dengan pelaksanaan gencatan senjata itu dan melaporkan pada pemerintahnya bahwa pihak Indonesia sering "melanggar" gencatan senjata itu, sehingga dalam suatu rapat komandan-komandan militer Belanda yang diadakan Wakil Tinggi Makota Belanda Lovink, para komandan militer Belanda mendesak dan merasa perlu untuk melakukan suatu serangan militer yang ketiga. Hal ini dapat kita baca dalam buku karangan Dr. J.G. de Beus, Morgen, bij het aanbreken van de dag (Besok, di kala fajar menyingsing) yang juga merupakan suatu memoar.

Siapakah Dr. de Beus?

Pada tahun 1948, ketika Belanda mengadakan serangan militernya yang kedua terhadap Republik Indonesia, dia adalah anggota staf perwakilan Belanda di PBB, di bawah Duta Besar van Royen, sehingga beliau mengikuti perdebatan-perdebatan dalam Dewan Keamanan PBB, ketika membahas peperangan antara Belanda dengan Indonesia.