Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Juli 1947 menjadi momen kelam bagi Indonesia. Belanda, yang tak ingin melepaskan cengkeramannya, melancarkan agresi militer pertama.
Berbagai kota di Jawa dan Sumatera menjadi sasaran, termasuk Cilacap. Tujuan Belanda jelas, merebut pusat ekonomi dan pelabuhan demi menguasai kembali Indonesia.
Sejarah Cilacap Lautan Api sangat heroik, yang menggambarkan bagaimana kekuatan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) dalam mengamankan hantai (pertahanan pantai) di wilayah Cilacap menghadapi agresi militer Belanda.
Namun, TNI tak tinggal diam. Melawan strategi Belanda, pasukan TNI mengambil langkah berani: membumihanguskan Cilacap. Tak ingin ada korban sipil, warga Cilacap dihimbau untuk mengungsi terlebih dahulu.
Pada tanggal 28 Juli 1947, operasi bumi hangus dimulai. Api berkobar di berbagai penjuru kota. Kantor pemadam kebakaran pelabuhan dibakar pertama kali, melumpuhkan upaya Belanda untuk memadamkan api.
Gudang gula, kawasan pelabuhan, dan kilang minyak Republik Indonesia menyusul menjadi sasaran. Terakhir, api melahap kawasan pertokoan dan pasar Cilacap.
Dalam waktu sehari, Cilacap berubah menjadi lautan api. Kota mati. Pasukan TNI pun memilih mundur, menyusun strategi balasan bersama Divisi 1 Siliwangi di Kawedanan Sidareja dan Majenang.
Peristiwa "Cilacap Lautan Api" menjadi bukti heroisme dan tekad rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.
Tak hanya merugikan Belanda, strategi bumi hangus ini juga menunjukkan bahwa rakyat tak gentar melawan penjajah, meskipun dengan mengorbankan harta benda.
Kisah Cilacap Lautan Api tak boleh terlupakan. Ini adalah pengingat bagi generasi penerus tentang semangat juang dan pengorbanan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semangat ini harus terus dikobarkan untuk menjaga dan membangun Indonesia yang lebih baik.
Kisah Cilacap Lautan Api tak berhenti pada pembakaran kota. Di balik kobaran api, tersembunyi cerita rakyat yang gigih dan pejuang yang berani.
Sebelum pembakaran dimulai, proses evakuasi warga berlangsung dengan penuh kepanikan. Para pejuang TNI membantu mengantarkan warga ke tempat aman, tak jarang harus menerobos barikade Belanda.
Di tengah kekacauan, rasa saling tolong menolong antar warga begitu terasa. Para tetangga saling membantu membawa barang bawaan, menenangkan anak-anak yang ketakutan, dan menguatkan satu sama lain.
Di medan perang, para pejuang TNI tak gentar melawan Belanda. Meskipun kalah jumlah dan persenjataan, mereka bertempur dengan gagah berani, bertekad untuk mempertahankan tanah air mereka.
Sebelumnya,menurut catatan sejarah mempertahankan kemerdekaan RI, peristiwa pengosongan kota dan bumi hangus terjadi lebih dulu di Bandung, Jawa Barat, pada 23 Maret 1946. Aksi tentara pejuang dan rakyat itu kemudian dikenal dengan istilah Bandung Lautan Api.
Tindakan itu bertujuan menghambat rencana tentara sekutu menjadikan Bandung sebagai markas agresi militer penjajah kolonial Hindia Belanda di Jawa Barat.
Sementara di Cilacap meski jatuh ke tangan Belanda, semangat rakyat tak pernah padam. Api perlawanan terus berkobar, membakar semangat para pejuang untuk merebut kembali kemerdekaan mereka.
Kisah Cilacap Lautan Api tak hanya tentang strategi perang dan pertempuran. Ini adalah kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan rasa cinta tanah air yang tertanam kuat di hati rakyat Indonesia.
Semangat para pejuang dan rakyat Cilacap harus menjadi inspirasi bagi kita semua. Bahwa dalam menghadapi penjajahan, persatuan dan semangat juang pantang menyerah adalah kunci untuk meraih kemenangan.
Sebagai generasi penerus, kita harus terus menjaga semangat juang para pahlawan. Kita harus mengisi kemerdekaan dengan karya dan pengabdian, demi membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
Mari kita lestarikan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme, agar api kemerdekaan Indonesia terus berkobar dan tak pernah padam.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---