Find Us On Social Media :

Sepakbola Wanita Indonesia Potensinya Besar Tapi Tanpa Dukungan Kompetisi Rutin Buat Apa?

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 15 Juli 2024 | 15:39 WIB

Sepakbola wanita Indonesia bagai hidup segan, mati tak hendak. Potensinya sebenarnya besar, namun tanpa dukungan kompetisi rutin, maka sulit kiranya mencetak pemain sepakbola wanita yang profesional.

Hal itu dibantah oleh Eha Habibab (tahun 2012 saat artikel ini ditulis adalah anggota Komite Sepak Bola Wanita PSSI). Eha menegaskan tim sepakbola wanita di Indonesia masih ada. Di Jakarta, misalnya, masih ada tim sepakbola Buana Putri dan tim sepak bola wanita Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

“Bahkan, setiap tahun kita mengadakan kejuaran nasional (kejurnas) sepak bola wanita,” kata Eha.

Benar, terakhir Kejurnas Sepak Bola Wanita diselenggarakan pada 4-12 Oktober 2010 di Gelanggang Olahraga (GOR) Ragunan, Jakarta. Diikuti 10 tim, peserta saat itu berasal dari Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kendari, Papua, Papua Barat dan Sumatera Utara.

Eha juga mengungkapkan bahwa Komite Sepak Bola Wanita menggelar turnamen sepakbola wanita U-16 pertengahan Agustus 2011. Pesertanya berasal dari Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Papua dan Papua Barat.

Ini dimaksudkan untuk menjaring nama-nama yang akan masuk ke dalam timnas sepakbola untuk berlaga di ajang Woman Football Championship AFF di Myanmar pada Oktober 2012.

Masih suramnya prestasi sepakbola wanita, menurut Eha, karena minimnya dukungan PSSI terhadap perkembangan sepak bola wanita. PSSI lebih memusatkan perhatian pada sepak bola pria, sehingga dukungan dana pun lebih dicurahkan kepada mereka.

Katrina, pelatih sekaligus pengurus klub Buana Putri berpandangan sama dengan Eha. Menurut dia, klub-klub sepak bola wanita di Indonesia masih dinomorduakan dalam hal pembinaan. Kalau kita lihat, memang selama ini tak ada kompetisi yang secara rutin digelar untuk sepakbola wanita.

Tuty Dau, (saat 2012 Ketua Komite Sepak Bola Wanita PSSI), agaknya menyadari ada banyak hal yang perlu dibenahi untuk menghidupkan kembali sepak bola wanita tanah air. Sejak akhir Juli kemarin Tuty mulai menggelar pertemuan dengan beberapa pihak terkait. Jelas, mengupayakan kompetisi reguler membutuhkan pendanaan yang kuat.

“Mencari sponsor di sini tidak mudah. Tapi yang pasti kami akan mengupayakan yang terbaik,” terang Tuty kepada pers akhir Juli kemarin.

Bangkit di Papua

Katrina secara pribadi melihat sepak bola wanita di tanah air kini lebih berkembang di kawasan timur. Di Papua, jumlah klub sepak bola wanita jauh lebih banyak dan lebih berkembang dari Jakarta. Diperkirakan jumlah klubnya sekitar 20 dan mereka sering mengadakan kompetisi setempat.

“Kota-kota kecil, seperti Dafonsoro, di Kabupaten Jayapura, punya klub sepak bola wanita,” kata Katrina.