Find Us On Social Media :

Donald Trump Dan Mimpinya Amerika Harus Pegang Rekor Gedung Pencakar Langit Di Dunia

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 14 Juli 2024 | 16:17 WIB

Donald Trump ternyata punya ambisi besar tentang gedung pencakar langit, di mana Amerika Serikat harus memegang rekornya. Mimpi sempat terunda saat peristiwa 11 September 2001.

Kritik terhadap skyscraper pun mulai bermunculan. Pembangunan gedung di atas 80 lantai dianggap tak lagi menguntungkan secara ekonomis. Belum lagi masalah pengamanan penghuninya jika ada serangan teroris mendadak.

Bisa dimaklumi kalau rencana pembangunan kembali bekas lokasi reruntuhan WTC mendapat beragam tanggapan. Banyak proposal masuk, tapi jajak pendapat seperti tak menginginkan dibangunnya kembali gedung yang lebih tinggi dari WTC.

Kejadian 11 September telah menyingkirkan Amerika dari perang bangunan supertinggi. Meski banyak pengamat berpendapat, serangan terhadap menara WTC sebenarnya cuma alasan formal. Sejatinya, AS memang sudah cukup lama tersingkir dari "arena perang". Kemenangan Petronas menyiratkan sebuah booming baru.

Pertempuran tahun 1930-an ditandai dengan supremasi Chrysler Building dan Empire State Building, sedangkan era 1970-an melahirkan Sears Tower dan WTC. Bisa dilihat, dominasi AS sangat besar. Namun, pertengahan 1990-an hingga barangkali tahun 2010 pendulum bergerak ke Timur Jauh.

Kuala Lumpur harus rela melepas mahkota ke Taipei akhir tahun ini atau tahun depan. Taipei pun harus mengalah ke Shanghai akhir dekade ini. Hongkong, Seoul, dan Tokyo pun tak tinggal diam. Konon, mereka tengah mengintip peluang mencuri gelar yang bahkan belum direbut Shanghai.

Tak ada tanda-tanda terorisme, bahkan pascaledakan bom Bali, menciutkan nyali Asia. Asia kini mirip New York 70 tahun lalu. Tidak ada sesuatu yang lebih menarik perhatian daripada menjadi terbesar, terbaik, atau semacamnya.

"Yang tertinggi sebenarnya bagian dari kecanggihan teknologi, jadi kerap dikaitkan dengan persoalan kultural," kata Eric Howeler, arsitek KPF, yang sedang mendesain Union Square, bangunan berlantai 108, yang diprediksi menjadi gedung tertinggi di dunia saat selesai dibangun tahun 2007 nanti.

Petronas Towers yang dirancang Cesar Pelli menjadi bukti. Konon, Malaysia ingin menunjukkan pembangunan di negaranya tak kalah dengan tetangganya di semenanjung, Singapura. "Petronas Towers benar-benar menempatkan Malaysia dalam 'peta'," tambah Kohn.

Menara itu menjadi ikon paling gampang dikenali dari kota yang sebelumnya cuma dicatat sebagai pewaris gedung-gedung pendek peninggalan zaman kolonial.

Pengakuan terhadap Petronas Towers yang diakreditasi Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH), badan yang mewasiti perang ketinggian ini sempat menjadi kontroversi. Resmi-nya, menara setinggi 1.483 kaki (sekitar 445 m) itu berhasil mengalahkan Sears Tower yang "hanya" 1.450 kaki (sekitar 435 m).

Namun, berdasarkan perbandingan gambar, bangunan di puncak Sears sepertinya lebih tinggi ketimbang bangunan di puncak Petronas.

CTBUH sendiri memberi argumentasi, tinggi bangunan diukur mulai permukaan tanah hingga arsitektur yang ada di puncak gedung. Tiang-tiang dan antena (seperti di Sears) tidak masuk dalam hitungan, tapi "ujung topi" yang dimiliki Petronas dianggap sebagai bagian dari desain gedung. Hal inilah yang membuat Petronas dimenangkan. "Kami berpendapat, jika ujung topi itu bagian integral dari desain, ya, masuk hitungan," kata Klemencic, ketua CTBUH. "Lihat saja Chrysler Building. Kalau crown-nya dicabut, gedung itu tidak akan ada apa-apanya."