Find Us On Social Media :

Festival Tas Nusantara 2024 Menangkal Punahnya Tas-tas Khas Indonesia

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 2 Juli 2024 | 13:28 WIB

Festival Tas Nusantara (FESTARA) 2024

“Tahun depan, harapannya ada lagi, dengan skala yang lebih besar,” kata Heru. “Dari situ saya berharap bisa membuka kran-kran yang tersumbat (terkait tas Nusantara). Kebetulan saya juga banyak teman artisan tas, semoga mereka bisa mengirim karya terbaik mereka.”

Ibu Susmirah sumringah karena agel

Susmirah menjadi salah satu sosok inspiratif yang diundang untuk datang di acara FESTARA 2024. Tak sekadar datang, Ibu Sus–begitu dia biasa disapa–juga diberi penghargaan khusus, Anugerah FESTARA Awards, karena dedikasinya dalam mengembangkan kerajinan tas Nusantara. Bahkan ada satu sesi khusus pada festival tersebut di mana Ibu Sus menjadi pembicaranya. Dia ditemani oleh salah satu putrinya, Indri.

Di situ, Ibu Sus bercerita bagaimana dia dan keluarganya berkenalan dengan agel yang kelak memberi rezeki dan legasi. Menurut penuturannya, di desanya, yang berada di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, banyak ditumbuhi tanaman palem atau agel. Suatu ketika, pohon-pohon itu ditebangi karena dianggap sudah “tidak menguntungkan” lagi secara ekonomi.

Kebetulan saat itu ada pelatihan kerajinan, “Saya pun memanfaatkan daun-daun agel itu sebagai bahan membuat tas,” ujar Ibu Sus yang secara resmi memulai bisnis tasnya pada era 1980-an. Saat itu skalanya masih kecil-kecilan saja.

Untuk pasar, Ibu Sus memilih menjualnya di Kota Yogyakarta, tepatnya di sepanjang Jalan Malioboro yang legendaris itu. “Saat itu apa-apa masih sendiri, cari bahan sendiri, membuat sendiri, memasarkannya juga sendiri,” ceritanya. Biasanya, sekali berangkat ke Malioboro, Ibu Sus menjual sekitar 10 kerajinan.

Dari situ, bisnis tasnya mulai merangkak naik. Karena permintaan semakin banyak, mau tak mau dia harus merekrut pekerja–yang dia ambil dari orang-orang di sekitar rumahnya alias tetangganya sendiri. Sebelum siap bekerja, mereka dilatih terlebih dahulu oleh wanita yang sekarang berusia 62 tahun itu.

Tahun 1997, Indonesia dilanda krisis moneter hebat. Banyak lini bisnis yang bertumbangan, dari yang skalanya besar hingga yang paling kecil. Tapi hal sebaliknya terjadi pada bisnis tas Ibu Sus. Alih-alih ikut gulung tikar, usaha tas dengan jenanama Jogjavanesia Craft itu justru berkibar. Banyak permintaan datang, tak hanya dari dalam, tapi juga dari luar negeri.

Selain itu, “Banyak orang yang datang untuk belajar membuat kerajinan tas dari serat alam,” tutur wanita yang sejak 2000-an sudah memasrahkan bisnisnya kepada salah satu putrinya, Indri Widianti, itu. Tak hanya mengelola, Indri juga bertanggung jawab dalam urusan pemasaran.