Find Us On Social Media :

Sunan Drajat, Benarkah Ditolong Ikan Cakalang Sebelum Berdakwah Di Sekitar Paciran?

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 1 Juli 2024 | 11:09 WIB

Sunan Drajat

Hanya terdapat tiga halaman catatan tentang Sunan Drajat dalam karya Ridin Sofwan, Wasit, dan Mundiri. Seperti dalam semua versi, ia disebut sebagai putra Sunan Ngampel Denta dan karena itu bersaudara dengan Sunan Bonang, sekaligus beripar Sunan Giri, Raden Patah, maupun Sunan Kalijaga.

Disebutkan bahwa putra-putri Sunan Ngampel Denta dari Nyi Ageng Manila ada lima orang, dan ketiga puterinya menikah dengan tokoh-tokoh tersebut. Tersebutlah bahwa Sunan Drajat tadinya bernama Raden Qosim ataupun Raden Syaifuddin.

Konon ketika ayahandanya menugaskan ia berdakwah di barat Gresik, perahunya diterpa badai sampai hancur tak bersisa dan hanya meninggalkan kepingan-kepingan kayu.

Syahdan saat itu tibalah seekor ikan cakalang, yang menyediakan punggungnya untuk dinaiki Sang Raden tersebut. Selamatlah beliau dari amukan badai. Ikan cakalang ini ternyata membawa Raden Qosim atawa Raden Syaifuddin ke pantai di desa Jelak (buku ini mengejanya Jelog) yang menjadi bagian wilayah Banjarwati di Paciran.

Mungkin dianggap sebagai petunjuk, di sanalah ia untuk pertama kalinya membuka pesantren.

Ternyata ia cuma setahun di sana, lantas pindah sejauh satu kilometer ke selatan. Tiga tahun kemudian, ia mendirikan tempat berdakwah di tempat yang tinggi, yang kemudian dikenal sebagai Dalem Dhuwur.

Namun sudah jarang penduduk sekitar mengenal istilah ini, karena di tempat itu telah didirikan museum, yang ketika Intisari tiba sedang ditutup untuk renovasi. Tentu layak dipertanyakan, apakah yang akan mungkin diperlihatkan dalam museum di dekat makam ini, dari seorang tokoh yang hanya dikenal legendanya.

Jika ditanya tentang Dalem Dhuwur, malah biasanya ditunjukkan Sendang Dhuwur, makam seorang "Sunan Sendang" yang tak ada hubungannya dengan Sunan Drajat.

Pembenaran Setiap Versi

Konsekuensi berkisah melalui jalan legenda adalah mengungkap segenap versinya. Melalui catatan Hasanu Simon dalam Misteri Syekh Sitijenar: Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa (2004) maupun Widji Saksono dalam Mengislamkan Tanah Jawa: Telaah atas Metode Dakwah Walisanga (1995) disebut bahwa Sunan Drajat bukan putra Sunan Ngampel Denta dari Nyi Ageng Manila (dalam buku Saksono disebut Dyah Siti Manila).

Tapi dari Nyai Karimah dan namanya adalah Masaih Munad atau Mahmud.

Nama lain Sunan Drajat sendiri konon memang banyak sekali, sebutlah Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifuddin, dan Pangeran Drajat.