Find Us On Social Media :

Hanya Dokter Pribadi Yang Tahu Kondisi Kesehatan Bung Karno Sebelum Baca Teks Proklamasi 17 Agustus 1945

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 15 Juni 2024 | 18:19 WIB

Kondisi kesehatan Bung Karno sebelum membaca teks Proklamasi 17 Agustus 1945. Dibongkar oleh dokter pribadi.

Namun masalahnya, situasi tidak memungkinkan Soekarno ke luar istana. Walhasil, jalan tengahnya, peralatan dari rumah Oei dibawa ke Istana pakai truk tentara.

Berobat ke rumah

Dalam buku Oei Hong Kian, Dokter Gigi Soekarno dari penerbit Intisari (2001) Oei menggambarkan Soekarno sebagai sosok ramah. Bukan sekadar berobat, usai giginya ditangani, Oei selalu diajak duduk-duduk santai sekadar menikmati secangkir teh atau kudapan lain di serambi Istana.

Mereka berbincang akrab layaknya teman lama.

Akan tetapi pada momen-momen intim itu, Oei sebenarnya juga bisa merasakan rasa kesepian Soekarno, terutama setelah satu per satu kekuasaannya dilucuti. Tak banyak lagi orang yang berani mengunjunginya. Istana terasa lengang. Di saat-saat itulah ia bisa melihat kegalauan seorang pemimpin besar yang dulu selalu dikelilingi para pengagumnya.

Bukan hanya ditinggal teman-temannya, Soekarno juga tidak memiliki apa-apa lagi. Kondisi ini terlihat dari kedatangan utusan Soekarno menemui Oei, April 1967. Soekarno menitipkan satu set vulpen dan bolpen merk MontBlanc, sehelai dasi putih dari sutera dengan inisial S dan satu botol besar minyak wangi Shalimar buatan Guerlain.

Kenang-kenangan lain yang berkesan adalah foto Soekarno berukuran 17,5 x 23 cm dengan tulisan: “Untuk Dr. Oey Hong Kian”, ditandatangani serta bertanggal 12-4-1967. Kata utusan tersebut, Soekarno berharap Oei masih menghargai foto itu. Sekaligus minta maaf, karena dirinya tidak bisa memberi apa-apa lagi.

Setelah pemberian kenang-kenangan itu, Oei hanya mendengar kabar burung tentang kondisi kesehatan Soekarno yang terus menurun. Tentu ia prihatin, tanpa bisa berbuat apa-apa. Hingga suatu hari, seorang ajudan tetiba datang dan memberi tahu rencana kedatangan Soekarno ke rumah untuk berobat. Wah, Oei merasa terkejut sekali.

Esoknya, pukul 09.00, Soekarno benar-benar tiba dengan Mercedes 600. Pengiringnya 5 jip putih penuh prajurit. Situasinya kira-kira masih sama ketika dia masih menjadi presiden, hanya bedanya tidak ada raungan sirine lagi.

Saat itulah Oei merasa sangat lega karena Soekarno ternyata tidak dalam kondisi menyedihkan, seperti rumor yang didengarnya di luaran. Pikirannya tetap jernih, sikapnya riang, penuh humor. Soekarno juga sangat perhatian kepada keluarga Oei. Menyapa istrinya, bahkan sempat meramal putri keluarga itu kelak akan menjadi dokter pula (ramalan yang kelak terbukti).

Yang lebih mengagumkan, Soekarno selalu datang sesuai waktu perjanjian. Tidak pernah jam karet Dengan iring-iringan rombongan yang sama, Soekarno masih sempat mampir beberapa kali untuk perawatan gigi. Bahkan pada bagian akhir pengobatan, gigi Soekarno masih harus diberi tambalan emas.

Mereka membuat janji pada 21 Maret 1968 untuk ketemu. Ternyata Oei lupa, tanggal tersebut bertepatan dengan Sidang MPR. Meski tidak ikut sidang, pihak keamanan melarang Soekarno untuk keluar rumah. Pada sidang itu pula, Soeharto dilantik sebagai Presiden Kedua RI.